Kamis, 07 Agustus 2008

Keutamaan Mujahid


Keutamaan Mujahid

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robbnya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Qs Ali Imron : 169-170

Alhamdulillahirobbilalamiin, dua ayat yang mulia di atas menceritakan tentang keadaan yang akan dialami seorang syahid yaitu kenikmatan di sisi Robbnya, setelah Allah Ta’ala menjelaskan apa yang terjadi pada perang uhud merupakan ujian yang memisahkan antara ahlul iman dan munafiqin. Allah Ta’ala jelaskan bahwa yang terbunuh sesungguhnya mereka tidak mati dan merugi, bahkan mereka mendapatkan karomah dan hidup di sisi Robbnya dengan limpahan rizki yang banyak. Allah Ta’ala menyangkal pendapat manusia yang mengira bahwa yang tebunuh di jalan jihad mereka adalah mati. Maka jadilah bagi para mujahid kematian sebagai sesuatu yang mereka cintai bukan yang mereka takutkan, sehinggga sering kita dengar dan saksikan kegembiraan mereka ketika mereka mendapat amanat untuk operasi syahid, diantara mereka mengatakan, “Kami adalah kaum yang mencintai kematian sebagaimana kalian mencintai kehidupan.” Sebagian yang lain mengatakan, “Kami ingin mengakhiri kehidupan kami dengan kematian yang menjadikan kami hidup selama-lamanya.” Dan masih banyak ungkapan yang lain.

Sebab Turun Ayat

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma dengan hadist yang shohih beliau berkata, bersabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam, “Ketika saudara kalian terbunuh pada perang uhud maka Allah Ta’ala menjadikan Arwah mereka berada di tembolok burung berwarna biru yang menjelajahi surga dan memakan buah-buahan yang ada di dalamnya, kemudian kembali ke dalam bejana dari emas yang tergantung di bawah Ar’ys, ketika mereka mendapatkan makanan, minuman dan keadaan mereka yang baik mereka berkata, “Siapa yang menceritakan tentang keadaan kami kepada saudara-saudara bahwa kami hidup mendapat rizki supaya mereka bersungguh sungguh dalam jihad dan tidak berpaling dari pertempuran? Allah berfirman, Kami yang akan menyampaikannya kepada mereka, maka Allah Turunkan Ayat di atas.”

Diriwayatkan dari Baqo’ bin Muhlid dari Jabir radliyallahu ‘anhu berkata, “Aku ditemui Nabi SalAllahu ‘alaihi wasallam Beliau bertanya, “Wahai Jabir kenapa engkau tertunduk dan bersedih?”Aku menjawab, “Ya Rosulullah Bapakku terbunuh sedangkan dia meninggalkan keluarga dan hutang.” Rasulullah Bersabda, “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang apa yang Allah Ta’ala perbuat kepada Bapakmu?” Tentu Ya Rasulullah. Rasulullah Bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala menghidupkan bapakmu dan mengajak bicara secara langsung padahal tidak ada yang diajak bicara kecuali dari belakang hijab, maka Allah Ta’ala berfirman, “Wahai hambaku Mintalah! niscaya aku akan mengabulkan.” Ya Robb Kembalikan aku ke dunia dan terbunuh karena-Mu yang kedua kali, Allah Berfirman, “Sudah jadi keputusanKu bahwa seorangpun tidak akan dikembalikan ke dunia, hamba berkata, “Jika begitu kabarkanlah keadaan kami kepada Saudara-saudar kami! Maka Allah turunkan ayat di atas.”

Perkataan Mufasir

Imam Alqurthuby berkata, “Secara susunan jumlah bahwa sekalipun ayat diturunkan karena sekelompok (syuhada Uhud) maksudnya untuk semua para syuhada di mana mereka hidup di jannah dan mendapat rizki, sekalipun mereka mati dan jasad mereka di dalam tanah, sedangkan ruh mereka hidup sebagimana ruh orang mukmin yang lain dan dilebihkan dengan rizki dari surga semenjak mereka terbunuh sehingga seakan-akan kehidupan dunia abadi bagi mereka.”

Para ulama berselisih tentang makna “ahya” kebanyakan mengartikan bahwa hidupnya seorang syahid adalah hidup yang haqiqi, sebagian mereka mengatakan “dikembalikan ruh mereka ke dalam jasad di dalam kubur kemudian mendapat nikmat kubur sebagaimana ruh orang kafir dikembalikan ke dalam jasad mereka di dalam kubur kemudian di dzab di dalam kubur.”

Imam Mujahid berkata, “Mereka mendapat rizki dari buah buahan surga maksudnya mendapatkan harumnya tetapi mereka bukan di dalamnya.” Sehingga ada yang mengatakan kehidupannya adalah majazi, sedangkan secara arti mereka berhak mendapatkan nikmat dari jannah secara hukum Allah Ta’ala. sedangkan maksud mereka “yurzakun” adalah pujian yang baik, sehingga sebagian mereka berkata bahwa ruh mereka berada di tembolok burung surga yang berwarna biru sedangkan mereka diberi rizki di dalam jannah, makanan dan bersenang-senang. Inilah perkataan yang shohih.

Imam Asa’dy berkata, “Ayat di atas sebagi dalil keutamaan para syuhada dan kemulyaan mereka dengan apa yang mereka dapat dari sisi Allah Ta’ala, dengan ungkapan mereka hidup ketika mereka terbunuh dan memulyakan mereka dengan jihad kemudian terbunuh menjadi syuhada, maka jangan sekali-kali terdetik dalam fikiran dan sangkaan bahwa mereka yang terbunuh di jalan jihad untuk tegaknya kalimat Allah Ta’ala mereka mati,binasa dan kehilangan kesenangan dunia dan perhiasannya, sebagai mana yang ditakutkan oleh para pengecut sehingga mereka tidak mau berjihad dan tidak menyukai syahid di jalan Allah Ta’ala. Justru sebaliknya mereka mendapatkan yang jauh lebih besar melebihi kenikmatan yang dirasakan kebanyakan manusia yaitu; mereka hidup dengan mendapat rizki di sisi Robbnya. Menandakan tingginya derajat mereka dan dekatnya denga Robb mereka, mereka mendapat rizki aneka ragam kesenangan yang tidak bisa dirasakan kecuali mereka, sehingga mereka sangat gembira dengan anugerah yang mereka dapatkan, mereka saling mengkabarkan tentang saudara-saudaranya yang belum terbunuh di jalan Allah bahwa mereka akan menyusul dan mendapatkan apa yang mereka dapatkan, sehingga mereka tidak punya rasa sedih dan takut karena sesuatu yang mereka takutkan sudah mereka lalui, yang ada hanya kesempurnaan dalam kebahagiaan. Dan ayat di atas sebagai dalil adanya kenikmatan barjah sedangkan para syuhada berada di tingkatan yang paling tinggi di sisi Robbnya sehingga ruh ahlul khoir bisa saling mengunjungi dan saling memberi berita gembira diantara mereka.”

Renungan

Dalam Al Qur’an surat As shof Allah berfirman:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.” (QS. Ash Shof: 10-11)

Dhohir ayat di atas adalah tawaran dari Allah Ta’ala kepada orang yang beriman dengan perniagaan yang bisa menyelamatkan dari api neraka, setelah beriman kepada Allah dan Rosul-Nya. Allah Ta’ala sebutkan Al-jihad dengan harta dan nyawa. Allah Ta’ala sebutkan baiknya perniagaan itu tetapi diakhiri dengan “jika kalian mengetahui.” Maka seandainya kita tahu bahwa iman kepada Allah Dan Rosul-Nya serta jihad di jalan-Nya adalah bisa menyalamatkan kita dari neraka, diampuni seluruh dosa, dimasukan ke dalam jannah yang dipenuhi dengan kenikmatan dan tempat tinggal yang indah, pasti tidak ada alasan untuk berma’siat kepada Allah dan Rosul-Nya serta meninggalkan jihad di jalan-Nya, tidak ada yang meninggalkannya kecuali orang-orang munafik. Maka jadilah surga itu cuma-cuma, sekalipun luar biasa karena alat tebusnya yaitu; harta dan nyawa.

Syekh Al Maqdisi hafidzahullah mengatakan:

Adapun Nyawa Maka Allahlah Yang menciptakan sedangkan harta Allahlah Yang membagikannya

Jadi tidak ada yang kita korbankan karena sesungguhnya semua yang kita miliki hanyalah milik Allah, kita hanya dititipi sementara. Sangat aneh jika kita ketitipan barang kemudian suatu saat barang itu diambil dan diminta yang punya kemudian kita tidak memberikannya, maka kita bisa mengukur diri siapakah diri kita sebenarnya. Maka barang siapa yang bersyukur dengan menggunakan seluruh nikmat di jalan Allah hakikatnya adalah untuk dirinya sendiri, sebaliknya barang siapa yang ingkar maka ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Agung.(Nuh)

Wallahu A’lamu bisshowab.

0 komentar:

 
.