Profil Salaf
USAID BIN HUDHOIR –rodhiyallohu 'anhu-
Salah satu peristiwa yang terjadi pada perang Bani Mushtholiq atau perang Al-Muroisi' ialah terjadinya Haditsu l-Ifki (berita bohong). Yaitu, kebohongan para Munafiq yang dikepalai Abdullah bin Ubay atas berita bohongnya terhadap ibunda 'Aisyah radliyallahu 'anha. Dia menfitnah dan menyebarkan berita bohong jika 'Aisyah binti Abu Bakar radliyallahu 'anha telah melakukan perbuatan tidak senonoh dengan shohaby Shofwan bin Mu'athol radliyallahu 'anhu sewaktu kepulangannya dari perang Bani Mushtholiq.
Setelah pasukan kaum Muslimin tiba di Madinah, orang-orang yang aktif menyebarkan berita bohong semakin menjadi-jadi. Sementara Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam hanya diam dan tidak menanggapinya. Karena cukup lama tidak ada wahyu yang turun, beliau meminta pendapat kepada para shohabat. 'Ali bin Abu Tholib radliyallahu 'anhu mengisyaratkan agar beliau menceraikan 'Aisyah dan mengambil wanita lain. 'Ali hanya sekedar memberi sinyal untuk itu dan tidak mengatakannya secara terus terang. Sementara Usamah bin Zaid radliyallahu 'anhu dan lain-lainya mengisyaratkan agar beliau tidak menceraikannya, dan tidak perlu menanggapi perkataan musuh-musuh Islam.
Beliau berdiri di atas mimbar dan berpidato, memohon perlindungan kepada Alloh dari tindakan Abdullah bin Ubay dengan mulutnya yang berbau busuk.
Sedangkan tokoh kita kali ini, Usaid bin Hudhoir radliyallahu 'anhu pemimpin suku Aus, menyatakan kesediaannya untuk membunuh Abdullah bin Ubay yang dengan lancangnya berani menuduh yang bukan-bukan terhadap istri Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam, Usaid bin Hudhoir berani mengambil sikap itu bukan karena Abdullah bin Ubay adalah orang Khozroj, tetapi lebih disebabkan perlindungannya kepada Rosululloh dan ahlu baitnya.
Namun Sa'ad bin 'Ubadah radliyallahu 'anhu pemimpin suku Khozroj yang sedang dirasuki fanatisme kekabilahan membantah dan menolak keinginan Usaid bin Hudhoir. Maka keduanya terlibat dalam perdebatan yang sengit, hingga hampir-hampir pengikut kedua suku yang telah disatukan oleh cahaya Islam itu terpecah lagi gara-gara fitnah keji yang dihembuskan Abdullah bin Ubay. Akhirnya Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam melerai dan mententramkan mereka, hingga mereka mau diam. Setelah itu beliau shalallahu 'alaihi wasallam berlalu…1
Siapakah Shohaby tegas dan berotak cerdas bernama Usaid ini?
Dia adalah seorang pemimpin suku Aus dari kabilah Kahlan,2 kabilah dari Yaman yang bertransmigrasi ke Madinah bersama saudaranya suku Khozroj jauh sebelum Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam diutus menjadi Rosul. Belakangan kedua suku ini kemudian menetap di sana.
Ayahnya adalah Hudhoiru l-Kata'ib, seorang pemimpin sesepuh suku Aus dan salah seorang bangsawan Arab di zaman jahiliyyah.
Sebelum kehadiran Islam di Madinah, kendati bersaudara, kedua suku besar tersebut selalu terlibat bentrok satu sama lain. Sekalipun begitu, di saat menghadapi musuh bebuyutan dari golongan Yahudi mereka sama-sama kompak. Yahudi ini merupakan minoritas non pribumi yang menguasai perekonomian di Madinah. Sedikit banyak hal itu membuat golongan pribumi merasa iri. Sakit hati itu bertambah membengkak karena orang-orang Yahudi bersikap angkuh dan takabur.
Ayah Usaid, Hudhoiru l-Kata'ib termasuk pahlawan yang sangat gigih menentang keangkuhan dan kecongkakan Yahudi. Kegigihan dan keberanian itu mendatangkan kekaguman di kalangan kaumnya. Bagi Hudhoir tidak ada persahabatan dengan dedengkot-dedengkot Yahudi yang dikenalnya rakus dan selalu menghalalkan segala cara. Sikap yang tegas tanpa kompromi itupun dimiliki juga oleh putranya, Usaid bin Hudhoir.
Awal keislamannya
Ketika Shohaby Mus'ab bin 'Umair radliyallahu 'anhu diutus Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam ke Madinah, untuk membina kelompok Anshor yang telah berbai'at kepada Nabi shalallahu 'alaihi wasallam di Baitu l-'Aqobah pertama, berita kedatangannya sudah sampai juga ke telinga Usaid bin Hudhoir. Mus'ab bin 'Umair tinggal di rumah As'ad bin Zuroroh radliyallahu 'anhu seorang bangsawan suku Khozroj, As'ad bin Zuroroh kebetulan keluarga dekat dengan Sa'ad bin Mu'adz (anak bibinya). Sedang Sa'ad bin Mu'adz adalah sahabat Usaid bin Hudhoir ditampuk kepemimpinan suku Aus. Di rumah itu, keberadaan Mus'ab bin 'Umair dijamin. Di rumah itu pula Mus'ab menebarkan dakwah Islamiyyah dan menyampaikan berita gembira mengenai Muhammad Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam.
Tidak sedikit penduduk yang mendatangi majelis Mus'ab. Gaya bahasanya yang menawan, hujjahnya yang jelas dan masuk akal, ditambah dengan halus budinya, membuat daya tarik yang kuat bagi penduduk Yatsrib (nama Madinah kala itu). Apalagi sinar iman di wajahnya menyejukkan siapa saja yang memandangnya. Di atas semua itu, yang lebih menarik hati adalah ayat-ayat yang dibacakan Mus'ab bin 'Umair di sela-sela pembicaraannya. Hati yang keras bisa melunak. Orang yang merasa berlumuran dosa menyesali perbuatan masa lalunya yang gelap. Bahkan karenanya tidak ada orang yang meninggalkan majelis itu kecuali telah menyatakan dirinya bersyahadat memilih islam sebagai jalan yang baru.
Perkembangan yang begitu cepat itu membuat gusar Sa'ad bin Mu'adz. Ia segera menemui sahabatnya, Usaid bin Hudhoir, dan berkata penuh rasa cemas, "Hai Usaid, sebaiknya engkau datangi pemuda Makkah itu. Dia telah mempengaruhi rakyat kita dan membodoh-bodohi mereka. Tuhan kita dijelek-jelekannya. Cegahlah dia dan ingatkan jangan tinggal di negeri ini sejak hari ini!"
Setelah berhenti sejenak, Sa'ad bin Mu'adz melanjutkan bicaranya, "Seandainya dia bukan tamu sepupuku (As'ad bin Zuroroh), sungguh akan aku bereskan sendiri." Mendengar itu, Usaid segera mengambil tombaknya, lalu pergi mencari Mus'ab bin 'Umair.
Saat itu, As'ad bin Zuroroh sedang menyertai dakwah Mus'ab bin 'Umair menemui Bani 'Abdul Asyhal untuk mengajarkan Islam kepada mereka. Keduanya masuk ke sebuah kebun milik Bani 'Abdul Asyhal, lalu duduk-duduk di bawah pohon kurma di pingir sebuah talaga.
Kehadiran Mus'ab bin 'Umair disambut oleh kaum muslimin dan mereka yang belum masuk Islam. Mus'ab segera berbicara, ia menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang mau beriman dan menyampaikan kabar menyedihkan bagi mereka yang tidak mau beriman. Semua orang khusyuk mendengarkan.
Belum lama majelis dimulai, As'ad bin Zuroroh melihat Usaid bin Hudhoir menuju ke tempat mereka. Ia segera memberi tahu Mus'ab, "Kebetulan wahai Mus'ab, itu pemimpin kaum telah datang. Ia seorang yang sangat cemerlang otaknya dan cerdas akalnya. Dia adalah Usaid bin Hudhoir. Jika dia masuk Islam tentu akan banyak orang mengikutinya. Berdo'alah kepada Alloh 'azza wa jalla dan hadapilah dia dengan bijaksana."
Setibanya di hadapan majelis itu, Usaid bin Hudhoir langsung berdiri di tengah-tengah mereka. Tatapan matanya tajam memandang ke arah Mus'ab dan orang-orang yang ada di situ. As'ad bin Zuroroh juga tidak luput dari sorotan matanya yang nyaris tak berkedip. Ia menyimpan kemarahan yang sangat basar kepada pendatang dari Makkah ini.
"Apa maksud tuan datang ke sini? Anda hendak mempengarui rakyat kami? Pergilah Anda sekarang juga, jika Anda masih ingin hidup!" ancam Usaid.
Mus'ab menoleh kepada Usaid dengan wajah sejuk. Tampak sekali cahaya iman memantul dan berseri seri. Dengan gayanya yang simpatik dan menawan, dia mulai bicara. "Wahai tuanku, maukah engkau mendengarkan yang lebih baik dari itu?"
"Apa itu?" sergah Usaid dengan mimik sinis. Mus'ab melanjutkan, "Silakan duduk bersama-sama kami mendengarkan apa yang kami bicarakan. Jika engkau suka apa yang kami perbincangkan, silahan ambil. Dan jika engkau tidak suka, kami akan meninggalkan kampung halaman ini dan tidak akan kembali lagi."
"Anda memang pintar." Jawab Usaid ringan. Hatinya mulai sedikit lumer.
Usaid menancapkan tombaknya ke tanah, kemudian duduk dengan tenang. Mus'ab mengarahkan pembicaraan kepadanya tentang hakikat Islam sambil membaca ayat-ayat Al-Qur'an di sela-sela pembicaraannya.
Beberapa saat kemudian, tampak rasa gembira terpancar di wajah Usaid. Lalu dia berkata, "Alangkah bagusnya apa yang engkau katakan. Apa yang anda baca sungguh sangat indah. Apa yang saya lakukan jika saya masuk Islam?"
Dengan senang Mus'ab menjawab, "Mandilah, bersihkan pakaianmu, lalu ucapkan dua kalimat syahadat, bersaksi bahwa tidak ada Illah yang berhak diibadahi selain Alloh dan Muhammad adalah Rosululloh, sesudah itu sholat dua roka'at."
Usaid langsung berdiri dan pergi ke telaga di sebelah kebun itu. Ia segera mensucikan badan. Sekembalinya di hadapan Mus'ab, ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengerjakan sholat dua roka'at.
Mulai hari itu bergabunglah ke dalam barisan kaum muslimin seorang bangsawan Arab, penunggang kuda terkenal, pemimpin Aus yang dikagumi, yakni Usaid bin Hudhoir. Tidak lama setelah Usaid masuk Islam, Sa'ad bin Mu'adz masuk Islam pula. Islamnya ke dua tokoh suku Aus ini menyebabkan seluruh masyarakat dari suku Aus masuk Islam. Sesudah itu, jadilah Madinah tempat Hijroh Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam dan tempat berdirinya pemerintahan Islam yang besar. Usaid bin Hudhoir sangat mencintai Al-Qur'an. Ia bagai orang kehausan di padang yang panas, lalu mendapatkan jalan menuju mata air yang sejuk.
Dicintai Malaikat
Suatu malam, Usaid bin Hudhoir duduk di berada belakang rumahnya. Anaknya, Yahya, tidur di dekatnya. Kuda yang selalu siap untuk berperang fie sabilillah, diikat tak jauh dari tempat duduknya. Suasana malam tenang dan hening. Permukaan langit jernih tanpa mendung. Usaid tergerak untuk membaca ayat Al-Qur'an yang suci.
Mendengar bacaan tersebut, tiba-tiba kuda yang sedang ditambat lari berputar-putar. Hampir saja tali pengikatnya putus. Ketika usaid diam kuda itu diam dan tenang. Usaid melanjutkan lagi bacaannya,
Kembali kuda Usaid berputar-putar lebih hebat dari semula. Ketika ia memandang ke langit, ia mendapati pemandangan awan bagai payung yang mengagumkan. Ia belum pernah melihat pemandangan serupa sebelumnya. Awan itu indah berkilau, bergantung seperti lampu memunuhi ufuk, bergerak naik dengan sinarnya yang terang. Kemudian perlahan-lahan menghilang dari pandangan.
Esok harinya. Usaid pergi menemui Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam menceritakan peristiwa yang dialaminya. Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam berkata, "Itu adalah malaikat yang ingin mendengarkan engkau membaca Al-Qur'an. Seandainya engkau teruskan, pastilah akan banyak orang yang bisa melihatnya. Pemandangan itu tidak akan tertutup dari mereka." (HR. Bukhory dan Muslim).
Usaid bin Hudhoir hidup sebagai ahli ibadah. Harta benda dan jiwa raga yang dimilikinya diserahkan sepenuhnya untuk perjuangan Islam. Bagi Usaid tidak ada puncak keindahan dan kemenangan dalam perjalanan hidupnya selain bila cahaya Islam terus bersinar. Pandangan hidup yang seperti itu mengantarkannya memperoleh julukan sebagai, "Sebaik-baik laki-laki, Usaid bin Hudhoir!" kata Rosululloh shalallahu 'alaihi wasallam.
Usaid ditakdirkan Alloh sempat melihat kepemimpinan Kholifah 'Umar Al-Faruq yang tegas, adil dan bijaksana. Dan pada bulan Sya'ban tahun 20 hijriyah, ia berpulang keharibaan Alloh 'azza wa jalla menyusul syuhada-syuhada yang telah mendahuluinya.
Amirul Mukminin Umar bin Khoththob radliyallahu 'anhu tidak mau ketinggalan turut serta memikul sendiri jenazah tokoh Anshor ini di atas bahunya menuju taman makam syuhada di Baqi.
Maroji':
101 Shohabat Nabi, oleh Hepi Andi Bastoni.
Rohiiku l-Makhtuum, oleh Syaikh Saifurrohman Al-Mubarokfury.
1 Cerita lengkapnya bisa dilihat dalam buku-buku Siroh, seperti Siroh Nabawiyah oleh Syaik Al-Mubarokfury, bab Perang Bani Mushtholiq.
2 Siroh Nabawiyah, oleh Syaikh Saifurrohman Al-Mubarokfury, hal. 26
0 komentar:
Posting Komentar