Senin, 02 Maret 2009

Hadits: Kami takut jika pahala kebaikan-kebaikan disegerakan buat kami . .



‘Abdan bercerita kepada kami, ‘Abdullah bercerita kepada kami, Syu’bah memberitahukan kepada kami dari Sa’ad bin Ibrahim dari Ayahnya, Ibrahim bahwa, “Suatu ketika dihidangkan makanan kepada Abdurrahman bin ‘Auf, saat itu ia dalam keadaan berpuasa, tiba-tiba ia berkata, ‘Telah terbunuh Mush’ab bin ‘Umair, padahal ia lebih baik dari saya. Ia dikafankan dengan secarik kain, apabila ditutup kepalanya, tampaklah kedua kakinya; apabila ditutup kedua kakinya, tampaklah kepalanya, dan saya melihatnya. Hamzah (bin Abdul Muthallib) juga telah terbunuh, padahal ia lebih baik daripada saya. Lalu dihamparkan kepada kami dunia seperti sekarang ini -atau, telah diberikan kepada kami dunia seperti yang kami dapatkan sekarang-. Kami takut jika pahala kebaikan-kebaikan disegerakan buat kami.’ Kemudian Abdurrahman bin ‘Auf menangis sampai akhirnya tidak jadi menyantap hidangan yang telah disediakan.” HR. al-Bukhary, dalam Kitab al-Maghazi, bab Ghazwah Uhud, no 4045.

Rawi

(‘Abdullah bercerita kepada kami), dia adalah Abdullah bin al-Mubarak. (Dari Sa’ad bin Ibrahim), yaitu putra Abdurrahman bin ‘Auf.

Syarh

(Suatu ketika dihidangkan makanan kepada Abdurrahman bin ‘Auf), dalam riwayat Naufal bin Iyas disebutkan bahwa makanan yang dihidangkan adalah roti dan daging, dicantumkan oleh at-Turmudzi dalam asy-Syama’il.

(Saat itu ia dalam keadaan berpuasa), Ibnu Abdul Barr menyebutkan bahwa saat itu ‘Abdurrahman bin ‘Auf sedang berpuasa dalam kondisi sakit yang mengantarkannya kepada kamatian.

(Telah terbunuh Mush’ab bin ‘Umair), detail keterangan tentang nasab Mush’ab bin ‘Umair sudah disebutkan di awal-awal bab Hijrah. Dia termasuk Shahabat yang mula-mula masuk Islam dan juga Shahabat yang mula-mula Hijrah. Dialah yang mengajarkan Islam kepada penduduk Madinah sebelum Rasulullah tiba di sana. Mush’ab bin ‘Umair gugur dalam perang Uhud. Inilah yang disebutkan oleh Ibnu Ishaq dan pakar sejarah yang lain.

Ibnu Ishaq berkata, “Yang membunuh Mush’ab bin ‘Umair adalah ‘Amru bin Qami’ah al-Laitsi. Dia menyangka bahwa Mush’ab bin ‘Umair adalah Rasulullah, lalu ia bergegas menuju orang-orang musyrik Quraisy seraya berkata, ‘Saya sudah membunuh Muhammad.’”

Dalam kitab al-Jihad tulisan Ibnu al-Mundzir, terdapat satu hadits mursal yang berasal dari ‘Ubaid bin ‘Umair, “Rasulullah bersimpuh di samping wajah Mush’ab bin ‘Umair. Mush’ab adalah orang yang memegang bendera Rasulullah.” Al-Hadits.

(Padahal ia lebih baik daripada saya), Abdurrahman bin ‘Auf mengucapkan kata-kata ini sebagai suatu bentuk sikap tawadhu’nya. Partimbangan ini berdasarkan pemahaman sederhana; sepuluh orang Shahabat yang dijamin Surga (al-‘asyrah al-mubasysyaruuna bi al-jannah) lebih utama dibanding yang lain, dan ‘Abdurrahman bin ‘Auf termasuk salah seorang dari mereka. Bisa jadi ‘Abdurrahman bin ‘Auf merasa Mush’ab lebih baik dari dirinya karena Mush’ab gugur ketika Rasulullah masih hidup.

Peristiwa lain yang menguatkan hal ini adalah kejadian yang disebutkan oleh Ibnu Hisyam, seseorang datang bertamu ke rumah Abu Bakar ash-Shiddiq. Waktu itu, di rumah Abu Bakar terdapat putri Sa’ad bin Rabi’ yang masih kecil. Laki-laki yang bertamu itu bertanya, “Siapakah ini?” Abu Bakar menjawab, “Ini putri seseorang yang lebih baik dari saya, Sa’ad bin Rabi’, dia termasuk salah seorang tokoh bai’ah Aqabah, ikut serta dalam perang Badar, dan gugur dalam perang Uhud.”

(Lalu dihamparkan kepada kami dunia seperti sekarang ini), perkataan ini membuktikan akan banyaknya kemenangan dan ghanimah yang diperoleh kaum muslimin waktu itu, dan mereka juga memperoleh dunia dari jalan lain selain peperangan. ‘Abdurrahman bin ‘Auf adalah salah seorang yang mendapat bagian yang banyak dari dunia itu.

(Kami takut jika pahala kebaikan-kebaikan disegerakan buat kami), dalam riwayat Naufal bin Iyas, “Sepertinya kebaikan-kebaikan kami tidak disisakan lagi buat kami.”

(Kemudian Abdurrahman bin ‘Auf menangis sampai akhirnya tidak jadi menyantap hidangan yang telah disediakan.), dalam hadits ini terdapat keutamaan zuhud. Orang besar yang memahami Islam hendaknya mereka menahan diri dari berlebihan dalam mencari dunia, agar kebaikan-kebaikan tidak berkurang. Inilah yang hendak disampaikan oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf dengan ucapannya, “Kami takut jika pahala kebaikan-kebaikan disegerakan buat kami.

Ibnu Baththal berkata: “Dari kisah ini terdapat manfaat, dianjurkan untuk menyebut dan mengingat riwayat hidup orang-orang shalih yang mengambil sedikit bagian dunia, karena sedikitnya kadar cinta mereka terhadap dunia itu. Tangisan Abdurrahman bin ‘Auf itu adalah bentuk ketakutan beliau jika sampai tidak bisa bertemu lagi dengan orang-orang yang telah mendahuluinya.”

(Fath al-Bari) [IbrAhIm]

0 komentar:

 
.