Selasa, 13 Januari 2009

tafsir surat at taqhabun: 2


Alhamdulillahirabbil ‘alamin wasshalatu wassalam alaa Rasulillah. Di antara keputusan dan ketetapan Allah Tabaraka wa Ta'ala Yang Maha Adil Dan Maha Bijaksana, dibaginya manusia dan jin ke dalam dua kelompok, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata tentang ayat ini, "Dialah Allah pencipta kalian dengan sifat seperti ini, dan Allah menghendaki demikian kepada kalian, maka wajib adanya mukmin dan kafir, dan Dia Allah Maha Mengetahui siapa yang mendapatkan hidayah dan siapa yang mendapatkan kesesatan, dan Dia Allah Maha Menyaksikan seluruh amal hamba-hambaNya dan akan memberi balasan dengan sempurna terhadap semua amal.” kelompok mukmin merekalah kelompok yang ketika mendapatkan perintah untuk menghambakan diri dan beribadah kepada Robbnya mereka segera tunduk, mendengar dan ta'at. Sedangkan kelompok yang lain adalah yang menentang dan menolak untuk menghambakan diri kepada Robbnya, mereka mendengar kemudian menyelisihinya, padahal mereka tidak semata-mata tercipta kecuali untuk beribadah kepada Allah Tabaroka wa Ta'ala. Allah berfirman Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat:56) Dan merekapun tidak diperintah melainkan untuk mengibadahi Robb semesta alam dengan ikhlas seperti dalam FirmanNya; Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus,dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayinah:5) Setelah jelas ayat di atas maka tidak ada kelompok yang ketiga melainkan Allah Satukan bersama di antara mereka sepertihalnya orang munafik. Allah Tabaroka wa Ta'ala satukan kesudahannya di tempat yang sama, seperti tersebut dalam firman Allah Tabaroka wa Ta'ala; Artinya: “Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS. An Nisa’:140) Begitupula dengan orang yang beriman terhadap sebagian ajaran Islam dan mengkufuri sebagian yang lain, Allah berfirman; Artinya: “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah:85) Oleh sebab itu Allah perintahkan kaum mukminin untuk masuk ke dalam islam secara kaafah menyeluruh dan sempurna, Allah Tabaroka wa Ta'ala berfirman; Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah:208) Sampai di sini sangat jelas bagi kita bahwa tidak ada kelompok yang lain kecuali ahlul iman dan ahlul kufri, inilah qoidah penting untuk memupuk sifaf wala dan baro’, sifat tidak akan pernah tunduk kepada kekafiran dan akan tegak di atas jalan jihad untuk selamanya. Tidak memahaminya sangat mungkin seseorang muslim menjadikan orang kafir sebagai walinya, tunduk kepada mereka, mengatakan bahwa orang kafir tidak semuanya jahat dan semua bentuk ketundukan kepada kekafiran bahkan mereka mencari kemuliaan dari sisi orang-orang kafir, naudzubillah min dzalik. Padahal perbuatan itu jelas diharamkan Allah Tabaroka wa Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman; Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu Mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) ?.” (QS. An Nisa’:44) Ahlul iman mereka adalah auliyaaullah dan sudah menjadi kewajiban Allah Ta'ala untuk menolong dan melindungi serta memasukannya kedalam jannah, sedangkan ahlul kufri mereka adalah auliyaaussyaithon, sedangkan Allah tidak menyelisihi janjiNya. Allah Tabaroka wa Ta'ala berfirman; Artinya: “Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al Baqarah:267) Harus diingat bagi seorang mukmin bahwa terkadang bentuk pertolongan yang Allah berikan kepada para walinya berbentuk kesusahan dan penderitaan bahkan kematian, kemudian dengan semuanya itu semakin menambah dekat dan dicintai oleh Allah Ta'ala. Begitupula dengan kemenangan dan kesenangan yang didapatkan oleh orang kafir semua itu bukan bukti kebenaran mereka melainkan bentuk istidroj dari Allah ta'ala, terkadang keajaiban menimpa semuanya baik auliyaaullah atau auliyaausyaithon tetapi ada sebuah qoidah "auliyyaullah wakaromatihim waauliyaausyaithon waistidrozihim." Bagi seorang kekasih Allah adalah karomah sedangkan bagi kekasih syaithon adalah merupakan istidroj,Allah berfirman; Artinya: “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka[1] adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS. Ali Imran:178) [1] Yakni: dengan memperpanjang umur mereka dan membiarkan mereka berbuat dosa sesuka hatinya. Maka berilah kabar gembira para wali Allah bahwa semua yang mereka alami baik bentuknya kesenangan atau kesusahan itu adalah bentuk pertolongan dan kasih sayangNy Allah Ta'ala manakala terus diteguhkan di jalan Nya, sedangkan bagi wali syaithon ketahuilah bahwa tempat kembalinya adalah neraka yang penuh dengan siksaaan dan seburuk-buruknya tempat kembali. Wallahu A'lam bissowab. (NUh)

0 komentar:

 
.