Profil pada tema edisi kali ini adalah Nabiyullah Ibrahim ‘alaihi s-salam. Kisah tentang beliau banyak ditemui pada kisah-kisah 25 nabi dan rasul. Di sini, penulis tidak memaparkan kisah keseluruhan beliau. Namun kita akan coba menyoroti dari sisi dakwah dan permusuhan nyata antara dirinya dengan raja Namrud dan kaumnya, alias antara mukmin dan kafir.
Sekilas tentang Nabi Ibrahim AS.
Ia adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur, rakyat hidup serba kecukupan. Akan tetapi mereka masih berada dalam kejahiliyahan. Mereka tidak mengenal Rabb Pencipta mereka, sedang persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar dan ditawar. Kekuasaan besar yang berada di tangannya itu menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat, mengapa bukan dia saja yang disembah sebagai tuhan!?
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya.
Millah Ibrahim dan hakikat permusuhan antara mukmin vs kafir
Dalam QS. An-Nahl: 123 Allah ‘azza wajalla memerintahkan nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk pengikuti millah Ibrahim yang hanif. Perintah Allah atas Rasulullah berarti perintah bagi pengikutnya selama tidak ada dalil yang menjelaskan. Sedangkan Millah Ibrahim adalah:
1. Memurnikan ibadah kepada Allah saja dengan segala makna yang di kandung oleh kata ibadah.
2. Berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.
Seruan ini merupakan inti dari dakwah seluruh nabi dan rasul ‘alaihimu s-salam (QS.16:36)…dan inilah makna laa ilaaha illallah.
Yaitu pemurnian, tauhid, dan pengesaan Allah ‘azza wa jalla dalam ibadah serta loyalitas terhadap dien dan para wali-wali-Nya, dan kufur serta bara’ah dari segala yang diibadahi selain-Nya dan juga memusuhi musuh-musuh-Nya.
Sedangkan bentuk perlawanan dan permusuhan orang-orang mukmin atas orang-orang kafir itu melalui beberapa tahapan:3
Pertama: Mendakwahi mereka kepada Islam. Dengan dakwah tersebut manusia akan terbelah menjadi dua camp, mukmin atau kafir. Setelah itu hubungan antara orang mukmin dengan orang kafir akan melahirkan sikap lain, yaitu:
Kedua: Berlepas diri (baro’ah) dari orang-orang kafir yang masih hidup maupun yang telah mati.
Baro’ah dari orang-orang kafir yang masih hidup adalah dengan menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap mereka, tidak mengikuti hawa nafsu dan manhaj (methode) mereka, menyingkir dan tidak bercampur baur dengan mereka. Adapun ber-baro’ah dari orang-orang kafir yang telah mati adalah dengan tidak memintakan ampun mereka (QS. 9:113-114), tidak menguburkan mereka di pemakaman orang-orang muslim, juga tidak mewarisi dan mewariskan kepada mereka.
Ketiga: ‘Uzlah (mengasingkan diri) dan hijrah. Setelah dakwah dan baro’ah dari orang-orang kafir telah dilakukan maka wajib untuk menyingkirdan hijrah dari bumi mereka jika hal memungkinkan.
Keempat: Jihad fie sabilillah. Yaitu kepada orang-orang yang ‘ngeyel’ dan menolak dakwah Islam.
Potret Nabi Ibrahim vs Namrud dan kaumnya di dalam Al-Qur’an
Allah ‘azza wajalla telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan yang baik dalam al-muwallah wal mu’adah (perwalian dan permusuhan), Allah berfirman,
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja….“ (QS. 60:4)
Potret permusuhan nyata antara Nabi Ibrahim vs Namrud beserta kaumnya terekam apik dalam Al-Qur’anu l-Karim, salah satunya dalam surat Al-Anbiya’: 51-71.
Nampak jelas di sana bahwa beliau bersikap sebagaimana sikap yang mesti dilakukan seorang mukmin terhadap musuhnya. Al-wala’ wal Baro’ beliau jelas, permusuhannya dan kebenciannya dengan mereka terang-terangan dan tidak disembunyikan, baik terhadap kesyirikan dan kekufuran maupun terhadap pelakunya. Dan dahsyatnya permusuhan antara para Rasul dengan kaumnya tidaklah terjadi kecuali setelah terang-terangan mencela dien mereka, membodoh-bodohkan ajaran mereka dan menghina tuhan-tuhan mereka. Sehingga antara kebenaran dan kebatilan itu menjadi jelas meski pengusiran dan nyawa taruhannya.
Keempat tahapan perlawanan orang mukmin atas orang kafir di atas, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Dr. Abdul Qodir bin Abdul Aziz, betul-betul Nabi Ibrahim lakukan dan tegakkan. Tindakan beliau menunjukkan akan perpaduan indah antara ikhtiyar dan tawakal yang benar.
Beginilah Al-Quranu l-Karim mengkisahkan,
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (51)
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (52)
Mereka menjawab:"Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". (53)
Ibrahim berkata:"Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". (54)
Mereka menjawab:"Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main" (55)
Ibrahimberkata:"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu" (56)
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (57)
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (58)
Mereka berkata:"Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim". (59)
Mereka berkata:"Kami dengar ada seorang prmuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim". (60)
Mereka berkata:"(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". (61)
Mereka bertanya:"Apakah kamu, yang melakuakan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, hai Ibrahim?" (62)
Ibrahim menjawab:"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara" (63)
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata:"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya(diri sendiri)", (64)
kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata):"Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". (65)
Ibrahim berkata:"Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak(pula) memberi mudharat kepada kamu" (66)
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami (67)
Mereka berkata:"Bakarlah dia dan bantulah ilah-ilah kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak". (68)
Kami berfirman:"Hai api menjadi dinginlah, dan menjaddi keselamatanlah bagi Ibrahim", (69)
mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan itu mereka orang-orang yang paling merugi. (70)
Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (71)
Sekilas tentang Nabi Ibrahim AS.
Ia adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh A.S.Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur, rakyat hidup serba kecukupan. Akan tetapi mereka masih berada dalam kejahiliyahan. Mereka tidak mengenal Rabb Pencipta mereka, sedang persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar dan ditawar. Kekuasaan besar yang berada di tangannya itu menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang tidak dapat memberi manfaat dan madharat, mengapa bukan dia saja yang disembah sebagai tuhan!?
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya.
Millah Ibrahim dan hakikat permusuhan antara mukmin vs kafir
Dalam QS. An-Nahl: 123 Allah ‘azza wajalla memerintahkan nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam untuk pengikuti millah Ibrahim yang hanif. Perintah Allah atas Rasulullah berarti perintah bagi pengikutnya selama tidak ada dalil yang menjelaskan. Sedangkan Millah Ibrahim adalah:
1. Memurnikan ibadah kepada Allah saja dengan segala makna yang di kandung oleh kata ibadah.
2. Berlepas diri dari syirik dan para pelakunya.
Seruan ini merupakan inti dari dakwah seluruh nabi dan rasul ‘alaihimu s-salam (QS.16:36)…dan inilah makna laa ilaaha illallah.
Yaitu pemurnian, tauhid, dan pengesaan Allah ‘azza wa jalla dalam ibadah serta loyalitas terhadap dien dan para wali-wali-Nya, dan kufur serta bara’ah dari segala yang diibadahi selain-Nya dan juga memusuhi musuh-musuh-Nya.
Sedangkan bentuk perlawanan dan permusuhan orang-orang mukmin atas orang-orang kafir itu melalui beberapa tahapan:3
Pertama: Mendakwahi mereka kepada Islam. Dengan dakwah tersebut manusia akan terbelah menjadi dua camp, mukmin atau kafir. Setelah itu hubungan antara orang mukmin dengan orang kafir akan melahirkan sikap lain, yaitu:
Kedua: Berlepas diri (baro’ah) dari orang-orang kafir yang masih hidup maupun yang telah mati.
Baro’ah dari orang-orang kafir yang masih hidup adalah dengan menampakkan permusuhan dan kebencian terhadap mereka, tidak mengikuti hawa nafsu dan manhaj (methode) mereka, menyingkir dan tidak bercampur baur dengan mereka. Adapun ber-baro’ah dari orang-orang kafir yang telah mati adalah dengan tidak memintakan ampun mereka (QS. 9:113-114), tidak menguburkan mereka di pemakaman orang-orang muslim, juga tidak mewarisi dan mewariskan kepada mereka.
Ketiga: ‘Uzlah (mengasingkan diri) dan hijrah. Setelah dakwah dan baro’ah dari orang-orang kafir telah dilakukan maka wajib untuk menyingkirdan hijrah dari bumi mereka jika hal memungkinkan.
Keempat: Jihad fie sabilillah. Yaitu kepada orang-orang yang ‘ngeyel’ dan menolak dakwah Islam.
Potret Nabi Ibrahim vs Namrud dan kaumnya di dalam Al-Qur’an
Allah ‘azza wajalla telah menjadikan Nabi Ibrahim sebagai suri tauladan yang baik dalam al-muwallah wal mu’adah (perwalian dan permusuhan), Allah berfirman,
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka:"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja….“ (QS. 60:4)
Potret permusuhan nyata antara Nabi Ibrahim vs Namrud beserta kaumnya terekam apik dalam Al-Qur’anu l-Karim, salah satunya dalam surat Al-Anbiya’: 51-71.
Nampak jelas di sana bahwa beliau bersikap sebagaimana sikap yang mesti dilakukan seorang mukmin terhadap musuhnya. Al-wala’ wal Baro’ beliau jelas, permusuhannya dan kebenciannya dengan mereka terang-terangan dan tidak disembunyikan, baik terhadap kesyirikan dan kekufuran maupun terhadap pelakunya. Dan dahsyatnya permusuhan antara para Rasul dengan kaumnya tidaklah terjadi kecuali setelah terang-terangan mencela dien mereka, membodoh-bodohkan ajaran mereka dan menghina tuhan-tuhan mereka. Sehingga antara kebenaran dan kebatilan itu menjadi jelas meski pengusiran dan nyawa taruhannya.
Keempat tahapan perlawanan orang mukmin atas orang kafir di atas, sebagaimana yang dikatakan oleh Syaikh Dr. Abdul Qodir bin Abdul Aziz, betul-betul Nabi Ibrahim lakukan dan tegakkan. Tindakan beliau menunjukkan akan perpaduan indah antara ikhtiyar dan tawakal yang benar.
Beginilah Al-Quranu l-Karim mengkisahkan,
“Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (51)
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya:"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (52)
Mereka menjawab:"Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya". (53)
Ibrahim berkata:"Sesungguhnya kamu dan bapak-bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata". (54)
Mereka menjawab:"Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main" (55)
Ibrahimberkata:"Sesungguhnya Rabb kamu ialah Rabb langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu" (56)
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya. (57)
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. (58)
Mereka berkata:"Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim". (59)
Mereka berkata:"Kami dengar ada seorang prmuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim". (60)
Mereka berkata:"(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikan". (61)
Mereka bertanya:"Apakah kamu, yang melakuakan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, hai Ibrahim?" (62)
Ibrahim menjawab:"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara" (63)
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata:"Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya(diri sendiri)", (64)
kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata):"Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara". (65)
Ibrahim berkata:"Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfa'at sedikitpun dan tidak(pula) memberi mudharat kepada kamu" (66)
Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahami (67)
Mereka berkata:"Bakarlah dia dan bantulah ilah-ilah kamu, jika kamu benar-benar hendak bertindak". (68)
Kami berfirman:"Hai api menjadi dinginlah, dan menjaddi keselamatanlah bagi Ibrahim", (69)
mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan itu mereka orang-orang yang paling merugi. (70)
Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (71)
0 komentar:
Posting Komentar