Selasa, 09 Desember 2008

AL Wala' wal Baro'



Setiap muslim yang meyakini kebenaran akidah islamiyah mempunyai kewajiban untuk selalu menolong dan loyal terhadap saudara-saudara seakidah islamiyah serta memusuhi musuh-musuh mereka; mencintai ahli tauhid serta ahli ikhlas dan membenci orang-orang musyrik serta memusuhi mereka. Yang demikian itu, adalah merupakan dien Nabi Ibrahim 'alaihi salam beserta orang-orang yang bersama beliau yang kita semua diperintahkan untuk untuk mengambil teladan yang baik dari mereka, sebagaimana firman Allah Ta'ala:


Artinya: "Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: "Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, Kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara Kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: "Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Allah". (Ibrahim berkata): "Ya Tuhan Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali." (QS. Al Mumtahanah: 4)

Persoalan al wala' wal bara' juga merupakan dien Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, Allah Ta'ala berfirman;


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, Maka Sesungguhnya orang itu Termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Maidah: 51)

Ayat ini secara khusus menerangkan haramnya loyal kepada ahli kitab (orang yahudi dan nasrani).

Sedangkan ayat yang secara umum menerangkan haramnya loyal kepada seluruh orang-orang kafir adalah firman Allah Ta'ala:

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia." (QS. Al Mumtahanah: 1)

Bahkan, Allah Ta'ala telah mengharamkan kepada orang-orang yang beriman untuk loyal terhadap orang-orang kafir, walaupun mereka adalah kerabat yang paling dekat. Allah Ta'ala berfirman;

Artinya: "Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim." (QS. At Taubah: 23)

Dan firman Allah dalam surat Al Mujadilah: 22

Artinya: "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (QS. Al Mujadilah: 22)

Berapa banyak umat islam yang tidak paham dengan dasar agama yang agung ini yaitu al wala' wal bara' sehingga ada diantara orang yang beriman sampai mengatakan tentang orang nasrani, "Sesungguhnya mereka adalah saudara kita." Ini adalah perkataan yang berbahaya.

Bentuk-bentuk loyalitas kepada orang-orang kafir yang diharamkan Allah Ta'ala:


Pertama: Menyerupai mereka dalam berpakaian, ucapan dan yang lainnya. Karena yang demikian itu menunjukkan cinta orang yang menyerupai terhadap orang yang diserupai. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka."

Maka diharamkan menyerupai orang-orang kafir dalam hal-hal yang menjadi ciri khas mereka dalam bidang, adat istiadat, ibadah, dan sifat-sifat serta tingkah laku mereka, seperti; mencukur jenggot, memanjangkat kumis, berbahasa dengan bahasa mereka kecuali jika diperlukan, berpakaian, makan, minum dan lainnya.

Kedua; bermukim dan bertempat tinggal di negara-negara mereka dan tidak pindah (hijrah) dari negara tersebut ke negara kaum muslimin untuk menyelamatkan dien, sebab hijrah untuk tujuan tersebut merupakan kewajiban bagi seorang muslim, dan berdiamnya seorang muslim di negara kafir menunjukkan loyalitasnya terhadap orang kafir. Maka dari itu Allah Ta'ala mengharamkan bermukimnya orang muslim di antara orang-orang kafir apabila ia mampu untuk berhijrah.

Allah Ta'ala berfirman;

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan Malaikat dalam Keadaan Menganiaya diri sendiri [yaitu; orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu], (kepada mereka) Malaikat bertanya: "Dalam Keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka menjawab: "Adalah Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para Malaikat berkata: "Bukankah bumi; Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (97) Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah). (98) mereka itu, Mudah-mudahan Allah memaafkannya. dan adalah Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.(99) (QS. An Nisa': 97-99)

Allah Ta'ala tidak menerima alasan setiap muslim yang bermukim di negeri kafir kecuali mereka-mereka yang lemah, yang tidak mampu untuk berhijrah, juga orang-orang yang bermukimnya ada kemaslahatan dien seperti; berdakwah dan menyebarkan islam di negeri mereka.

Ketiga: berpergian ke negeri mereka dengan tujuan rekreasi dan wisata.

Berpergian kenegeri orang kafir diharamkan kecuali dalam keadaan dlarurat, seperti; berobat, berdagang dan belajar ilmu-ilmu tertentu yang bermanfaat, yang tidak mungkin didapatkannya kecuali dengan pergi ke negeri mereka. Hal itu dibolehkan sebatas keperluan, dan jika keperluannya telah selesai, maka wajib kembali lagi ke negeri kaum muslimin. Diperbolehkannya seseorang untuk bepergian ke negeri orang kafir di syaratkan juga untuk senantiasa memperlihatkan identitas diennya, serta bangga dengan keislamannya. Ia harus menjauhi tempat-tempat maksiat dan berhati-hati dari segala bentuk tipu daya para musuh-musuhnya juga, diperbolehkan atau bahkan wajib bepergian kenegara mereka jik bertujuan untuk berdakwah kepada Allah dan menyebarkan islam.

Keempat; bentuk yang lain adalah membantu dan menolong mereka untuk mengalahkan kaum muslimin, memuji-muji dan membela mereka, hal ini merupakan bagian dari rusaknya akidah keislaman, juga penyebab dari kemurtadan. Kita berlindung kepada Allah dari yang demikian.

Kelima; dan bentuk yang lain juga adalah meminta bantuan kepada mereka, percaya dan memberikan jabatan-jabatan yang didalamnya terdapat rahasia-rahasia kaum muslimin, dan menjadikan mereka sebagai orang kepercayaan serta teman bertukar pikiran.

Allah Ta'ala berfirman:


Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya. (118) Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, Padahal mereka tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada Kitab-Kitab semuanya. apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci terhadap kamu. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati. (119). jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (120) (QS. Ali Imran)

Ayat-ayat tersebut diatas menjelaskan isi hati orang-orang kafir serta kebencian yang mereka sembunyikan terhadap kaum muslimin, dan apa yang mereka rencanakan untuk melawan kaum muslimin dengan tipu muslihat serta pengkhianatan. Mereka juga senantiasa menimpakan madlarat (bahaya) terhadap kaum muslimin dengan senantiasa menggunakan segala cara dan sarana untuk menyakiti orang-orang yang beriman. Dan sungguh mereka selalu memanfaatkan kepercayaan kaum muslimin terhadap mereka, lalu mereka berncana untuk menimpakan bahaya terhadap kaum muslimin.

Keenam: menggunakan kalender mereka khususnya kalender yang mencatat hari-hari suci dan hari-hari besar mereka. Seperti kalender masehi yang menyebutkan peringatan hari kelahiran al masih yang mana hari raya itu adalah bid'ah yang mereka ada-adakan, dan bukanlah dari dien al masih. Maka dengan memakai kalender tersebut merupakan keikut sertaan dalam menghidupkan syi'ar dan hari besar mereka. Untuk menghindari masalah ini maka ketika para sahabat berkeinginan untuk menentukan kalender bagi kaum muslimin pada masa 'Umar bin Khatab radliyallahu 'anhu mereka berpaling dari kalender orang kafir dengan membuat kalender yang permulaannya dihitung dari hari hijrah rasul shalallahu 'alaihi wasallam, hal tersebut untuk menunjukkan wajibnya menyelisihi orang-orang kafir dalam masalah ini dan masalah-masalah lain yang merupakan kekhususan mereka, hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan.

Ketujuh; keikutsertaan kaum muslimin di hari-hari besar orang-orang kafir; membantu mereka dalam menyelenggarakan dan penyelenggaraannya, memberikan ucapan selamat pada hari itu atau mendatangi undangan pada hari diselenggarakannya upacara pada hari itu. Firman Allah Ta'ala yang berbunyi; "Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu." Telah ditafsirkan bahwa dari sifat hamba-hamba adalah sesungguhnya mereka tidak mendatangi hari-hari besar orang kafir.

Kedelapan; Memuji dan terpesona atas kemajuan mereka serta kagum atas tingkah laku dan kepandaian mereka tanpa melihat kepada akidah-akidah yang bathil dan nama mereka yang rusak.

Allah Ta'ala berfirman;

"Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaha:131)

Ayat tersebut tidak dapat diartikan bahwa kaum muslimin dilarang untuk mengetahui rahasia sukses mereka dengan jalan belajar di bidang perindustrian (senjata dan lainnya), dasar-dasar ekonomi yang tidak dilarang oleh syare'ah serta strategi-strategi kemiliteran, bahkan semua itu merupakan persoalan yang dituntut oleh islam.

Allah berfirman;

Artinya: "dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (QS. Al Anfal: 60)

Kesembilan: memberi nama dengan nama-nama orang kafir. Dan meninggalkan nama bapak-bapak, ibu-ibu, nenek-nenek serta nama yang dikenal dimasyarakat yang islamy.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah bersabda,

"Sebaik-baik nama adalah 'Abdullah dan 'Abdurrahman."


Dan akibat dari perubahan nama-nama tersebut telah didapatkan suatu generasi yang mempunyai nama-nama aneh, hal tersebut menyebabkan terpisahnya generasi ini dengan generasi-generasi sebelumnya serta terputusnya hubungan baik antar keluarga yang sudah dikenal dengan nama-nama khusus mereka.

Kesepuluh; Memintakan ampun dan memintakan rahmat bagi mereka, yang hal itu telah diharamkan oleh Allah Ta'ala dalam firman-Nya;




Artinya: "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum Kerabat (Nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka jahanam." (QS. At Taubah: 113)

BENTUK-BENTUK LOYALITAS KEPADA ORANG-ORANG BERIMAN.

Adapun bentuk-bentuk perwala'an (loyalitas) terhadap orang-orang yang beriman telah dijelaskan d dalam Al Qur'an dan As Sunnah, yaitu;

Pertama; berhijrah ke negara kaum muslimin, dan meninggalkan negara orang-orang kafir. Hijrah artinya pindah dari negara orang kafir menuju negara kaum muslimin untuk menyelamatkan dien.

Dan hijrah dalam artian dan tujuan ini, hukumnya wajib sampai terbitnya matahari dari arah barat ketika hari kiamat.

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam berlepas diri dari setiap muslim yang bermukim di antara orang-orang musyrikin, maka haram bagi setiap muslim bermukim di negeri kafir, kecuali jika tidak mampu berhijrah dari tempat itu.

Kedua; membantu dan menolong kaum muslimin dalam urusan dien dan duniawi baik dengan jiwa, harta juga dengan lesan (ucapan/perkataan). Allah Ta'ala berfirman;

Artinya: "dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. At Taubah: 71)

Ketiga; merasa sakit atas penderitaan mereka, serta berbahagia dengan kebahagiaan mereka, telah bersabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

Artinya: "Perumpamaan kaum muslimin dalam cinta kasih dan lemah lembut serta saling menyayangi antara mereka seperti satu jasad (tubuh) apabila satu anggotanya merasa sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut merasa sakit."

Dan beliau bersabda;

"Seorang mukmin dan mukmin lainnya adalah bagaikan suatu bangunan yang sebagiannya menguatkan bagian lainnya (seraya merapatkan jari-jari beliau shalallahu 'alaihi wasallam)"

Keempat: Memberi nasehat serta mencintai kebaikan mereka serta tidak menghina dan tidak menipu mereka. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda;

"Tidaklah sempurna keimanan salah seorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya melebihi cintanya terhadap dirinya sendiri."

Keenam: Senantiasa menyertai mereka baik dalam keadaan sulit maupun lapang. Berbeda dengan orang-orang munafik yang hanya menyertai orang-orang yang beriman dalam keadaan mudah dan senang saja dan meninggalkan mereka dalam keadaan susah.

Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah Kami (turut berperang) beserta kamu ?" dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah Kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman." (QS. An Nisa': 141)

Ketujuh: Menziarahi/mengunjungi mereka dan senang bertemu dengan mereka serta senantiasa berkumpul bersama mereka. Disebutkan dalam hadits qudsi;

"Wajib mendapat kecintaan-Ku bagi orang-orang yang saling berkunjung karena Aku."

Kedelapan: Menghormati hak-hak mereka dengan tidak menjual (berakad) atas akad mereka, tidak menawar terhadap tawaran mereka, tidak melamar terhadap lamaran mereka dan tidak menghalangi apa yang telah mereka dapatkan dari hal-hal yang mubah.



"Janganlah seseorang menjual (berakad) atas akad saudaranya, dan janganlah melamar atas lamaran saudaranya."

Dan dalam riwayat yang lain disebutkan;

"Dan janganlah menawar atas tawaran saudaranya."

Kesembilan: Bersikap lemah lembut terhadap orang lemah diantara mereka. Sebagaimana Nabi shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Bukanlah dari golongan kami siapa saja yang tidak menghormati yang lebih besar dan menyayangi yang lebih kecil."

Dan bersabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam;

"Tidaklah kalian mendapat pertolongan dan mendapat rizki tiada lain karena orang-orang lemah diantara kalian."


Artinya: "dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas." (QS. Al Kahfi: 28)

Kesepuluh: Mendo'akan mereka dan memintakan ampun bagi mereka


Allah Ta'ala berfirman:

Artinya: "Maka ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, Tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan. dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat kamu tinggal." (QS. Muhammad: 19)

KRITERIA PEMBAGIAN MANUSIA YANG WAJIB DICINTAI (WALA') DAN WAJIB DIBENCI

Manusia dalam al wala' wal bara' terbagi dalam tiga kelompok;

Kelompok pertama; Orang yang dicintai dengan kecintaan yang murni dan tidak dicampuri dengan permusuhan; mereka itulah orang-orang beriman yang ikhlas, yang terdiri dari para Nabi, shidiqin (orang-orang yang selalu membenarkan), para syuhada' dan orang-orang shaleh. Yang berada dibarisan paling depan diantara mereka adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, maka kecintaan kepada beliau haruslah lebih besar dibanding dengan kecintaan kepada diri sendiri, anak, orang tua dan seluruh manusia, kemudian setelah rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam kepada isteri-isteri beliau para ummahatul mukminin, ahli baitnya yang baik, sahabat-sahabat beliau yang mulia, khususnya para khulafa'ur rasyidin, sepuluh orang yang dijamin masuk surga, kaum muhajirin, kaum anshar, ahli badar, ahli bai'atur ridwan, kemudia seluruh sahabat, tabi'in dan yang hidup pada masa yang diutamakan oleh Allah dan para salaf yang shaleh serta imamnya seperti para imam madzhab; Abu Hanifah, Asy Syafi'ie, Malik dan Ahmad rahimahumullah.

Allah Ta'ala berfirman;

:"dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasr: 10)

Tidak ada orang yang didalam hatinya terdapat keimanan membenci para sahabat dan salaf yang shaleh dari umat ini. Hanya orang-orang yang menyeleweng, orang-orang munafik dan musuh-musuh islamlah yang membenci mereka seperti; kaum rafidhah dan khawarij.

Kelompok kedua; orang yang dibenci dan dimusuhi secara totalitas tanpa adanya kecintaan dan perwala'an. Mereka itu adalah orang yang betul ingkar dari kalangan orang-orang kafir, orang-orang musyrik, orang-orang munafik dan orang-orang murtad, serta orang-orang yang tidak mengakui adanya Allah Ta'ala, dalam berbagai macam bentuk serta kelompoknya.

Firman Allah Ta'ala;

Artinya: "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, Sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (QS. Al Mujadilah: 22)

Dan Allah berfirman tentang pencelaan kepada Bani Israil;
"Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, Yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi (Musa) dan kepada apa yang diturunkan kepadanya (Nabi), niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al Maidah: 80-81)

Kelompok ketiga: Adalah orang yang dicintai dari satu segi dan dibenci dari segi yang lain sehingga terpadu padanya kecintaan dan permusuhan. Mereka itu adalah orang-orang mukmin yang durhaka; Mereka dicintai karena adanya keimanan dan dibenci karena adanya kedurhakaan yang tidak menjadikan mereka kafir dan musyrik.

Kecintaan terhadap mereka mengharuskan untuk menasehati dan mengingkari mereka; maka tidak diperbolehkan seseorang diam atas kemaksiatan yang mereka lakukan, tetapi harus diingkari, diperintah untuk berbuat kebaikan, dilarang untuk melakukan kemungkaran serta dilaksanakan had-had (hukuman berat) dan ta'zir-ta'zir (hukuman ringan) terhadapnya sampai mereka berhenti dari kemaksiatan dan bertobat dari dosa-dosa. Akan tetapi mereka tidak boleh secara mutlak dibenci dan dijauhi; sebagaimana perkataan orang khawarij terhadap orang yang melakukan dosa besar yang tidak menjadikan pelakunya sebagai musyrik. Namun juga tidak di wala'I secara mutlak sebagaimana perkataan orang-orang murji'ah. Tetapi kita bersikap adil dalam menilai mereka sebagaimana telah disebutkan. Dan itu merupakan madzhab ahlus sunnah wal jama'ah.

Cinta karena Allah dan benci karena Allah merupakan tali keimanan yang paling kuat, dan seseorang itu bersama orang yang ia cintai pada hari kiamat.

Abdullah bin Abbas radliyallahu 'anhuma berkata, "Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, berwala' karena Allah, berbara' karena Allah. Maka dengan itulah ia akan memperoleh perwalian dari Allah. Sungguh nilai-nilai persaudaraan saat ini pada umumnya ditegakkan diatas nilai-nilai dunia dan kebendaan yang sungguh tidak akan mendatangkan manfaat sama sekali bagi siapapun." (HR. Ibnu Jarrir)

Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, "Telah bersabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya Allah telah berfirman; "Barangsiapa yang memusuhi seorang wali- KU, sungguh Aku umumkan perang terhadapnya." (HR. Al Bukhari)

Semoga shalawat dan salam serta barakah Allah tercurah kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, kerabat dan sahabatnya. (Isa)

http://docs.google.com/Doc?id=ddmdm9gx_35chk45s9k


0 komentar:

 
.