" MANHAJ DALAM AL QUR'AN BAG 4"
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ وَلَكِنَّ اللَّهَ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْعَالَمِينَ
“Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, pasti rusaklaha bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (Al-baqarah : 251)
“Dan seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid; yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Al-hajj : 40-41)
Allah Tabaaraka wa Ta’aala menjelaskan dalam ayat-ayat muhkamat ini bahwa kerusakan dan madharat yang terjadi akibat jihad tidak ada apa-apanya –meskipun manusia memandangnya besar dan karenanya mereka membenci jihad- dibandingkan dengan kerusakan yang terjadi akibat meninggalkan jihad. Oleh karena itu, Allah membiarkan dan tidak menyebutkan kerusakan-kerusakan (fisik dan material, pent.) yang terjadi akibat mudafa’ah (membela diri) dan jihad yang terkadang dibesar-besarkan oleh kebanyakan orang-orang yang dangkal pemikirannya. Sebab, kerusakan-kerusakan fisik dan material akibat jihad tidak disebutkan beriringan dengan kerusakan-kerusakan besar akibat meninggalkan jihad tersebut.
Allah mempunyai karunia atas alam semesta dengan kewajiban jihad melawan orang-orang kafir dan menolak kerusakan, pengrusakan, serta kesyirikan mereka yang Ia syari’atkan kepada kaum Muslimin dan Ia tetapkan ketinggian tauhid dan kemenangan orang-orang beriman yang karena mereka bumi menjadi baik meskipun setelah masa yang cukup lama. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa di antara akibat meninggalkan jihad dan hukuman Allah karena perbuatan itu adalah bahwa Allah akan menjadikan kehinaan berkuasa atas umat yang tidak akan dicabutnya hingga mereka kembali kepada diennya.
“Kebatilan –sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Quthub rahimahullah- akan selalu menyombongkan diri di mana ia tidak akan pernah merasa cukup dan tidak akan berhenti memusuhi kebenaran kecuali ia harus dilawan dengan kekuatan serupa yang mengelilinginya. Dan kebenaran tidak akan cukup dianggap benar untuk menghentikan permusuhan kebatilan terhadapnya, akan tetapi harus ada kekuatan yang menopang dan melindunginya. Inilah kaidah universal yang tidak akan pernah berganti selama manusia adalah manusia.”
Allah telah menyebutkan dalam ayat-ayat di atas kerusakan terbesar akibat meninggalkan jihad, yaitu rusaknya alam semesta dan orang-orang yang ada di atasnya. Tidak diragukan lagi bahwa kerusakan terbesar di muka bumi adalah syirik kepada Allah dengan berbagai macam bentuknya; baik dengan mengumumkan tandingan baginya dengan anggapan bahwa Ia “trinitas” atau Ia memiliki isteri dan anak laki-laki sebagaimana dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani; atau dengan menyingkirkan syari’at Allah, mengangkat para penguasa thaghut bumi dengan segala syari’at syirik mereka atas leher-leher manusia, dan memberikan kekuasaan membuat hukum dan aturan secara mutlak untuk diri mereka dan sekutu-sekutu mereka yang bermacam-macam sebagaimana yang kita lihat pada hari ini. Ini semua tidak lain adalah kerusakan yang besar dan bercabang-cabang yang terjadi akibat meninggalkan jihad dan memerangi orang-orang kafir. Kalau seandainya seluruh alam ini hancur hingga yang ada di atasnya saling membunuh sungguh ini lebih kecil di sisi Allah dari pada perbuatan syirik kepada-Nya dan lebih kecil dari pada murtad-nya seorang muslim dari diennya Di antara kerusakan tersebut adalah dihancurkannya masjid-masjid yang di dalamnya disebut nama Allah.
Tidak diragukan bahwa memakmurkan bangunan masjid di negeri-negeri kafir pada hari ini, bahkan berlebih-lebihan dalam memperindah dan menghiasinya pada waktu risalahnya diubah bentuknya dengan melenyapkan petunjuk-petunjuk aqidah dan tauhid dari mimbar-mimbarnya dan mengangkat nama-nama para penguasa kafir serta tandingan-tandingan yang bermacam-macam di mana ini semua merupakan akibat kaum Muslimin meninggalkan jihad; tidak diragukan bahwa ini semua lebih besar dari pada menghancurkan masjid-masjid dengan sesungguhnya, membunuh jiwa, dan menum-pahkan darah. Sebab, “al-fitnatu asyaddu minal qatli” fitnah itu lebih dahsyat dari pada pembunuhan. Maksudnya, fitnah yang menimpa seorang muslim terhadap dien, tauhid, dan imannya dan mengembali-kannya kepada kesyirikan kepada Allah lebih besar dari pada pem-bunuhan dan penumpahan darah meskipun banyak orang yang mem-besar-besarkannya.
Kalau seandainya seluruh alam ini hancur hingga yang ada di atasnya saling membunuh sungguh ini lebih kecil di sisi Allah dari pada perbuatan syirik kepada-Nya dan lebih kecil dari pada murtad-nya seorang muslim dari diennya serta terfitnahnya ia dari aqidah dan tauhidnya dengan berkuasanya orang-orang kafir atas dirinya dan pengharusan mereka untuk tunduk terhadap syari’at, aturan-aturan, dan ajaran-ajaran mereka yang kufur terhadap kebenaran di mana ini merupakan salah satu dari buah meninggalkan kewajiban jihad dan memerangi mereka yang dilakukan oleh kaum Muslimin.
Inilah prinsip-prinsip kami, ahlul Islam! Ini adalah prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan diketahui dalam dien kita di mana seorang muslim yang mencium aroma ilmu pasti mengetahuinya atau tidak akan lalai terhadapnya.
Ini adalah prinsip-prinsip di mana orang yang meninggalkannya, tidak mengambil pelajaran darinya, dan tidak membangun bangunan-nya di atasnya; ia telah keluar dengan fatwa, nilai, dan kerangka yang buruk yang dibangun di atas tepi jurang yang runtuh.
Bukti terbesar dari semua ini dan dari bodohnya kebanyakan orang yang menisbahkan diri kepada Islam, bahkan kepada ilmu, serta jauhnya mereka dari hakikat agama Allah adalah celaan dan makian terhadap jihad dan mujahidin serta menyebut mereka sebagai para pendosa dan teroris sebagaimana sering kita lihat dan kita dengar pada hari ini.
Orang-orang bodoh yang mensifati mujahidin dengan sebutan-sebutan tersebut tidak mengetahui bahwa menteror musuh-musuh Allah termasuk faridhah terbesar dalam dien Allah dan bahwa menakut-nakuti dan mengintai mereka di tempat pengintaian termasuk kewajiban Islam terbesar. Sesungguhnya menakut-nakuti musuh-musuh Allah adalah di antara sunnah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling penting. Allah Ta’ala berfirman :
“Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka. Kepunglah dan intailah mereka di tempat pengintaian.” (At-taubah : 5)
Dalam hadits shahih disebutkan: “Aku mendapat pertolongan dengan rasa takut dalam hati (orang-orang kafir) selama perjalanan satu bulan.”
“Dan dijadikan rezekiku berada di bawah bayang-bayang tombakku.”
Pada hakikatnya, kejelasan prinsip-prinsip ini dalam dien kita sungguh lebih jelas dari pada cahaya matahari pada siang bolong. Demi Allah, prinsip-prinsip ini tidaklah samar hingga bagi musuh-musuh dien ini. Oleh karena itu, mereka menyeringaikan taring permusuhannya terhadap dienul Islam karena mereka mengetahui hakikat dien ini.
Saya berulang-ulang kali membaca perkataan banyak orang Nasrani dan para orientalis yang menjelaskan demikian jelas hakikat jihad dalam dienul Islam dan membantah keragu-raguan orang-orang yang kalah dari kalangan ulama fitnah yang berusaha untuk mengubah bentuk hakikat urusan ini karena ingin berlembut-lembut kepada Barat yang kafir dan mencari ridha mereka. Padahal, kondisi lahiriah dan perkataan mereka dalam banyak kesempatan mengatakan : “Kami takut akan mendapatkan bencana.” “Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya sehingga mereka (orang-orang munafiq itu) menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (Al-maidah : 52)
Tidak diragukan bahwa mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menghapus dan mencairkan hakikat jihad ini; sebenarnya mereka ini adalah tukang sebar berita bohong dan munafiq yang tidak mengimani janji-janji Allah dan tidak pula me-mahami sunah-sunah-Nya. “Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagaiaan beriman dan berjihad).” (At-taubah : 87)
Oleh karena itu, Anda lihat mereka tatkala melihat pasukan orang-orang kafir berkumpul mengepung para pejuang kebenaran, mereka tertipu dengan jumlah dan persenjataan orang-orang kafir itu dan mereka sangat takut sekali kepadanya melebihi takutnya mereka kepada Allah. Anda akan mengetahui ketika pasukan-pasukan saling bertemu bahwa pada hakikatnya mereka ini adalah orang-orang yang mengatakan : “Allah dan Rasul-Nya tidaklah menjanjikan kepada kami melainkan hanya tipu daya.” (Al-ahzab : 12)
Adapun ahlul iman yang mendalam yang melihat dengan cahaya Allah dan mengetahui hakikat jihad dan barakah dari mudafa’ah akan mengatakan: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-ahzab: 22)
وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ (٤٠)الَّذِينَ إِنْ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ أَقَامُوا الصَّلاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الأمُورِ
“Dan seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi, dan masjid-masjid; yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (Al-hajj : 40-41)
Allah Tabaaraka wa Ta’aala menjelaskan dalam ayat-ayat muhkamat ini bahwa kerusakan dan madharat yang terjadi akibat jihad tidak ada apa-apanya –meskipun manusia memandangnya besar dan karenanya mereka membenci jihad- dibandingkan dengan kerusakan yang terjadi akibat meninggalkan jihad. Oleh karena itu, Allah membiarkan dan tidak menyebutkan kerusakan-kerusakan (fisik dan material, pent.) yang terjadi akibat mudafa’ah (membela diri) dan jihad yang terkadang dibesar-besarkan oleh kebanyakan orang-orang yang dangkal pemikirannya. Sebab, kerusakan-kerusakan fisik dan material akibat jihad tidak disebutkan beriringan dengan kerusakan-kerusakan besar akibat meninggalkan jihad tersebut.
Allah mempunyai karunia atas alam semesta dengan kewajiban jihad melawan orang-orang kafir dan menolak kerusakan, pengrusakan, serta kesyirikan mereka yang Ia syari’atkan kepada kaum Muslimin dan Ia tetapkan ketinggian tauhid dan kemenangan orang-orang beriman yang karena mereka bumi menjadi baik meskipun setelah masa yang cukup lama. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah memberitakan bahwa di antara akibat meninggalkan jihad dan hukuman Allah karena perbuatan itu adalah bahwa Allah akan menjadikan kehinaan berkuasa atas umat yang tidak akan dicabutnya hingga mereka kembali kepada diennya.
“Kebatilan –sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Quthub rahimahullah- akan selalu menyombongkan diri di mana ia tidak akan pernah merasa cukup dan tidak akan berhenti memusuhi kebenaran kecuali ia harus dilawan dengan kekuatan serupa yang mengelilinginya. Dan kebenaran tidak akan cukup dianggap benar untuk menghentikan permusuhan kebatilan terhadapnya, akan tetapi harus ada kekuatan yang menopang dan melindunginya. Inilah kaidah universal yang tidak akan pernah berganti selama manusia adalah manusia.”
Allah telah menyebutkan dalam ayat-ayat di atas kerusakan terbesar akibat meninggalkan jihad, yaitu rusaknya alam semesta dan orang-orang yang ada di atasnya. Tidak diragukan lagi bahwa kerusakan terbesar di muka bumi adalah syirik kepada Allah dengan berbagai macam bentuknya; baik dengan mengumumkan tandingan baginya dengan anggapan bahwa Ia “trinitas” atau Ia memiliki isteri dan anak laki-laki sebagaimana dilakukan oleh Yahudi dan Nasrani; atau dengan menyingkirkan syari’at Allah, mengangkat para penguasa thaghut bumi dengan segala syari’at syirik mereka atas leher-leher manusia, dan memberikan kekuasaan membuat hukum dan aturan secara mutlak untuk diri mereka dan sekutu-sekutu mereka yang bermacam-macam sebagaimana yang kita lihat pada hari ini. Ini semua tidak lain adalah kerusakan yang besar dan bercabang-cabang yang terjadi akibat meninggalkan jihad dan memerangi orang-orang kafir. Kalau seandainya seluruh alam ini hancur hingga yang ada di atasnya saling membunuh sungguh ini lebih kecil di sisi Allah dari pada perbuatan syirik kepada-Nya dan lebih kecil dari pada murtad-nya seorang muslim dari diennya Di antara kerusakan tersebut adalah dihancurkannya masjid-masjid yang di dalamnya disebut nama Allah.
Tidak diragukan bahwa memakmurkan bangunan masjid di negeri-negeri kafir pada hari ini, bahkan berlebih-lebihan dalam memperindah dan menghiasinya pada waktu risalahnya diubah bentuknya dengan melenyapkan petunjuk-petunjuk aqidah dan tauhid dari mimbar-mimbarnya dan mengangkat nama-nama para penguasa kafir serta tandingan-tandingan yang bermacam-macam di mana ini semua merupakan akibat kaum Muslimin meninggalkan jihad; tidak diragukan bahwa ini semua lebih besar dari pada menghancurkan masjid-masjid dengan sesungguhnya, membunuh jiwa, dan menum-pahkan darah. Sebab, “al-fitnatu asyaddu minal qatli” fitnah itu lebih dahsyat dari pada pembunuhan. Maksudnya, fitnah yang menimpa seorang muslim terhadap dien, tauhid, dan imannya dan mengembali-kannya kepada kesyirikan kepada Allah lebih besar dari pada pem-bunuhan dan penumpahan darah meskipun banyak orang yang mem-besar-besarkannya.
Kalau seandainya seluruh alam ini hancur hingga yang ada di atasnya saling membunuh sungguh ini lebih kecil di sisi Allah dari pada perbuatan syirik kepada-Nya dan lebih kecil dari pada murtad-nya seorang muslim dari diennya serta terfitnahnya ia dari aqidah dan tauhidnya dengan berkuasanya orang-orang kafir atas dirinya dan pengharusan mereka untuk tunduk terhadap syari’at, aturan-aturan, dan ajaran-ajaran mereka yang kufur terhadap kebenaran di mana ini merupakan salah satu dari buah meninggalkan kewajiban jihad dan memerangi mereka yang dilakukan oleh kaum Muslimin.
Inilah prinsip-prinsip kami, ahlul Islam! Ini adalah prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dan diketahui dalam dien kita di mana seorang muslim yang mencium aroma ilmu pasti mengetahuinya atau tidak akan lalai terhadapnya.
Ini adalah prinsip-prinsip di mana orang yang meninggalkannya, tidak mengambil pelajaran darinya, dan tidak membangun bangunan-nya di atasnya; ia telah keluar dengan fatwa, nilai, dan kerangka yang buruk yang dibangun di atas tepi jurang yang runtuh.
Bukti terbesar dari semua ini dan dari bodohnya kebanyakan orang yang menisbahkan diri kepada Islam, bahkan kepada ilmu, serta jauhnya mereka dari hakikat agama Allah adalah celaan dan makian terhadap jihad dan mujahidin serta menyebut mereka sebagai para pendosa dan teroris sebagaimana sering kita lihat dan kita dengar pada hari ini.
Orang-orang bodoh yang mensifati mujahidin dengan sebutan-sebutan tersebut tidak mengetahui bahwa menteror musuh-musuh Allah termasuk faridhah terbesar dalam dien Allah dan bahwa menakut-nakuti dan mengintai mereka di tempat pengintaian termasuk kewajiban Islam terbesar. Sesungguhnya menakut-nakuti musuh-musuh Allah adalah di antara sunnah Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang paling penting. Allah Ta’ala berfirman :
وَأَعِدُّوالَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِتُرْهِبُونَبِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لاتَعْلَمُونَهُمُاللَّهُ يَعْلَمُهُمْ
“Dan siapkanlah segala kekuatan apa saja yang kamu sanggupi untuk menghadapi mereka dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu, dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedangkan Allah mengetahuinya.” (Al-anfal : 60) فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ
“Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai-beraikanlah orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka agar mereka mengambil pelajaran.” (Al-anfal : 57) فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوهُمْ وَخُذُوهُمْ وَاحْصُرُوهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ
“Maka bunuhlah orang-orang musyrik itu di mana saja kamu jumpai mereka dan tangkaplah mereka. Kepunglah dan intailah mereka di tempat pengintaian.” (At-taubah : 5)
Dalam hadits shahih disebutkan: “Aku mendapat pertolongan dengan rasa takut dalam hati (orang-orang kafir) selama perjalanan satu bulan.”
“Dan dijadikan rezekiku berada di bawah bayang-bayang tombakku.”
Pada hakikatnya, kejelasan prinsip-prinsip ini dalam dien kita sungguh lebih jelas dari pada cahaya matahari pada siang bolong. Demi Allah, prinsip-prinsip ini tidaklah samar hingga bagi musuh-musuh dien ini. Oleh karena itu, mereka menyeringaikan taring permusuhannya terhadap dienul Islam karena mereka mengetahui hakikat dien ini.
Saya berulang-ulang kali membaca perkataan banyak orang Nasrani dan para orientalis yang menjelaskan demikian jelas hakikat jihad dalam dienul Islam dan membantah keragu-raguan orang-orang yang kalah dari kalangan ulama fitnah yang berusaha untuk mengubah bentuk hakikat urusan ini karena ingin berlembut-lembut kepada Barat yang kafir dan mencari ridha mereka. Padahal, kondisi lahiriah dan perkataan mereka dalam banyak kesempatan mengatakan : “Kami takut akan mendapatkan bencana.” “Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya) atau suatu keputusan dari sisi-Nya sehingga mereka (orang-orang munafiq itu) menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” (Al-maidah : 52)
Tidak diragukan bahwa mereka yang berusaha dengan sungguh-sungguh dalam menghapus dan mencairkan hakikat jihad ini; sebenarnya mereka ini adalah tukang sebar berita bohong dan munafiq yang tidak mengimani janji-janji Allah dan tidak pula me-mahami sunah-sunah-Nya. “Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagaiaan beriman dan berjihad).” (At-taubah : 87)
Oleh karena itu, Anda lihat mereka tatkala melihat pasukan orang-orang kafir berkumpul mengepung para pejuang kebenaran, mereka tertipu dengan jumlah dan persenjataan orang-orang kafir itu dan mereka sangat takut sekali kepadanya melebihi takutnya mereka kepada Allah. Anda akan mengetahui ketika pasukan-pasukan saling bertemu bahwa pada hakikatnya mereka ini adalah orang-orang yang mengatakan : “Allah dan Rasul-Nya tidaklah menjanjikan kepada kami melainkan hanya tipu daya.” (Al-ahzab : 12)
Adapun ahlul iman yang mendalam yang melihat dengan cahaya Allah dan mengetahui hakikat jihad dan barakah dari mudafa’ah akan mengatakan: “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita. Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-ahzab: 22)
0 komentar:
Posting Komentar