Rabu, 09 April 2008

akhbar 4


Bulan Maret, Jumlah Rakyat Irak Yang Tewas Meningkat Tajam

Rabu, 2 Apr 08 11:57 WIB

Bulan Maret menjadi bulan "mematikan" di Irak. Selama satu bulan itu, jumlah warga Irak yang tewas meningkat sebesar 50 persen dari bulan sebelumnya.

Dari laporan kementerian kesehatan, kementerian pertahanan dan kementerian dalam negeri Irak, diperkirakan total jumlah warga Irak yang tewas selama bulan Maret kemarin sebanyak 1.082 orang, dua kali lipat dari jumlah bulan Februari yang tercatat sebanyak 721 orang. Dari ribuan korban tewas sepanjang bulan Maret, 925 orang di antaranya adalah warga sipil.

Korban tewas kebanyakan karena aksi-aksi kekerasan, seperti pertempuran dan aksi-aksi pemboman yang menurut laporan tersebut juga meningkat di bulan Maret kemarin. Meski kebanyakan korban tewas adalah warga sipil, jumlah korban tewas di pihak pasukan militer dan polisi Irak juga cenderung tinggi pada bulan Maret. Pada bulan Februari, tercatat 65 polisi dan 20 tentara Irak yang tewas. Sedangkan pada bulan Maret, jumlah polisi Irak yang tewas mencapai 102 orang dan tentara Irak yang tewas sekitar 45 orang.

Jumlah korban tewas yang meningkat tajam sepanjang bulan Maret kemarin, menjadi tamparan keras bagi pemerintah Irak dan pasukan koalisi AS yang selama ini mengklaim korban kekerasan cenderung menurun. Dalam pertempuran antara pasukan Irak dan kelompok milisi Syiah di Basra pekan kemarin, korban tewas mencapai ratusan orang. Sejumlah laporan menyebutkan banyak korban yang jatuh karena terperangkap dalam pertempuran sengit itu. Pertempuran pecah setelah PM Irak Nouri al-Maliki memerintahkan agar pasukannya bersikap tegas terhadap kelompok milisi Syiah. Maliki mengklaim berhasil memukul mundur pasukan milisi Syiah dan akan mengerahkan sekitar 10.000 pasukan untuk menjaga keamanan kota Basra, kota pusat penghasil minyak di Irak.

Sementara itu, Inggris mengumumkan akan menunda pengurangan pasukannya di selatan Irak, menyusul pertempuran di Basra. (ln/bbc)

Terungkap, Bukti Baru Pemerintahan Bush Dukung Penggunaan Kekerasan
Kamis, 3 Apr 08 09:36 WIB

Sebuah dokumen kembali menunjukkan bahwa negara Amerika Serikat, yang selama ini selalu teriak-teriak anti-kekerasan, justru mengesahkan penggunaan kekerasan dalam upayanya mengantisipasi ancaman terorisme.

Dokumen berbentuk memorandum dan berangka tahun 2003 itu, dibuka ke publik oleh Departemen Kehakiman AS. berisi opini sepanjang 81 halaman yang ditulis oleh John C. Yoo, yang mengungkap penggunaan tindakan-tindakan kejam sebagai metode interogasi bagi para tersangka pelaku terorisme yang ditahan di luar negeri.

Saat menulis dokumen tersebut, Yoo adalah pejabat di Departemen Kehakiman bidang konseling hukum. Memorandum Yoo, merupakan dokumen terbaru dari sekitan banyak dokumen yang menguatkan bahwa penasehat hukum pemerintahan Bush telah menggunakan dasar hukum yang ilegal atas kebijakan-kebijakan Bush pasca serangan 11 September 2001. Misalnya, dengan memberikan Gedung Putih wewenang yang sangat luas untuk menangkap, memenjarakan dan menginterogasi para tersangka pelaku terorisme di seluruh dunia. Memorandum itu juga memberikan keleluasaan pada militer untuk menggunakan kekerasan dalam metode interogasi.

Dokumen tersebut mengklaim bahwa hukum federal tidak bisa diaplikasikan untuk keperluan interogasi yang dilakukan militer, khususnya yang berkaitan dengan tersangka pelaku terorisme. Karena selama masa perang, Gedung Putih-lah yang dianggap paling punya otoritas. Memorandum ini sebenarnya sudah diketahui sejak lama, tapi bagaimana detil isinya baru dibuka ke publik hari Selasa (1/4) setelah para penasehat hukum pemerintah menyerahkan dokumen tersebut pada American Civil Liberties Union. "Ini merupakan peringatan bagi supremasi lembaga eksekutif dan imperium kepresidenan. Dan ini juga merupakan jalan bagi Pentagon untuk menangkis semua dakwaan, " kata Eugene R. Fidell, seorang pengajar bidang hukum militer di Yale Law School dan Washington College of Law di American University. (ln/presstv)

Al Zawahari: Pbb Musuh Umat Islam
Kamis 03 Apr, 08:41 PM

Waziristan (armnews) - Pimpinan nomor dua Organisasi Jihad Al Qaeda, Syeihk Ayman Al Zawahari mengeluarkan pernyataan beru-baru ini dalam suatu rekaman."PBB adalah musuh Islam dan kaum Muslimin.

PBB adalah adalah organiasi yang menyusun dan melegitimasi pembentukan Israel dan telah mencuri tanah kaum Muslimin", demikian pernyataannya dalam situs Al-Sahab. Ini merupakan jawaban dari pertanyaan yang dikirim ke situs resmi Al Qaeda ini.

Selain itu beliau juga mengabarkan kesehatan pimpinan tertinggi Al Qaeda, Syeikh Usama bin Laden. Hal itu juga sebagai jawaban atas pertanyaan seseorang dari Aljazair yang menanyakan alasan serangan di kantor perwakilan PBB Aljazair. Dia menambahkan bahwa PBB menerapkan standar ganda. PBB menyetujui "perang salib" jilid dua di Afganistan, membuat terpisahnya Timor timur dari Indonesia, tidak mengakui keberadaan Chechnya, Kasmir dan Bosnia. Al Zawahari juga mematikan bahwa tujuan dari organisasi dan jihad tentang global jihad masih dalam jalur yang benar dan akan semakin meluas.

"Saya berharap pengaruh jihad akan tersebar setelah Amerika keluar dari Irak dan akan bergerak menuju Yerusalem." Dia juga memprediksikan akan berakhirnya Negara Saudi yang mencoba melawan sejarah serta negara asalnya Mesir, sebagai rezim yang korup tidak akan berlanjut.(bbs)

Mujahidin Somalia Berhasil Menguasai Kota Jauhar

Kamis 03 Apr, 08:52 AM

Somalia - Juru bicara pejuang Islam Somalia menyatakan, bahwa para pejuang Islam berhasil menguasai wilayah Jauhar, pada hari Rabu(02/04) setelah melalui pertempuran melawan pasukan "pemerintah" yang menyebabkan tewasnya 4 orang tentara "pemerintah."

Abdi Ali Utsman, salah seorang penduduk setempat mengatakan kepada Reuters via telephon, "Empat orang tentara pemerintah tewas pada pertempuran sesi pertama, ketika paskan Mahakim al-Islamiyyah merebut wilayah itu." Kota Jauhar terletak 90 km sebelah utara ibu kota Somalia, Mogadishu, dan kota itu telah dikuasai oleh pasukan pemerintah sejak tahun 2005. Ali Utsman menambahkan, "Peperangan antara pasukan pemerintah melawan pasukan Islam di jauhar tidak kurang dari 40 menit.

Saat itu pasukan Islam menggempur penjara untuk melepaskan semua tahanan di wilayah itu." Abdurrahim Isa Adu, juru bicara al-Mahakim al-Islamiyyah menyatakan bahwa empat orang tentara pemerintah tewas di dalam pertempuran. Isa Adu melalui sambungan telepon menambahkan, "Pasukan kami memasuki kota Jauhar pada jam 6 pagi. Hanya sedikit pasukan pemerintah yang berani memberikan perlawanan terhadap pasukan kami. Kami lihat mereka ketakutan, dan mereka lari tunggang langgang. Maka kami pun membebaskan semua tahanan dari penjara." [arrahmah fad/ij]

Ikhwanul Muslimin Bentrok Dengan Polisi Mesir, 11 Orang Luka-Luka
Rabu, 2 Apr 08 15:46 WIB

Para pendukung Ikhwanul Muslimin terlibat bentrok dengan aparat kepolisian Mesir, dalam aksi demonstrasi di depan gedung pengadilan Damanhour, Beheira, Selasa (2/4). Polisi menggunakan tongkat pemukul, gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan sekitar 3.000 pengunjuk rasa. Akibat bentrokan itu, 11 anggota Ikhwanul Muslimin dilaporkan mengalami luka-luka.

Para pendukung Ikhawanul Muslimin di seluruh penjuru Mesir, hari ini secara serentak melakukan aksi unjuk rasa memprotes tindakan pemerintah Negeri Piramida yang berusaha menghalang-halangi keikutsertaan organisasi Ikhawanul Muslimin dalam pemilu lokal yang akan digelar 8 April mendatang. Selain di Beheira, aksi unjuk rasa juga berlangsung di provinsi Gharbia, Alexandria, Ismailia, Sharkia dan Sohag melibatkan sekitar 5.000 anggota Ikhawanul Muslimin.

Sumber-sumber keamanan Mesir mengungkapkan, dalam unjuk rasa di kota Tanta, Gharbia, seorang polisi dilaporkan mengalami luka-luka. Dalam beberapa minggu belakangan ini, pengadilan-pengadilan Mesir mengeluarkan ratusan ketetapan yang mengharuskan pemerintah menerima para kandidat pemilu dari Ikhawanul Muslimin, tapi perintah pengadilan itu selalu diabaikan. Kepala Deputi Ikhawanul Muslimin Muhammad Habib mengatakan, pemerintah tidak menghormati konstitusi negara dan tidak menghargai hukum. Reuters menyebutkan, dalam aksi unjuk rasa serentak hari ini, polisi Mesir menangkap puluhan pendukung Ikhawanul Muslimin; 45 orang di Gharbia, 35 orang di Ismailia dan 4 orang di Alexandria. Di antara puluhan orang yang ditangkap itu, terdapat dua orang kandidat pemilu dari Ikhwanul Muslimin. (ln/albw).

Tokoh Evangelis Serukan Larang Pembangunan Masjid Baru di Inggris
Rabu, 2 Apr 08 14:14 WIB

Allison Ruoff, tokoh Kristen Evangelis dari Dewan Musyawarah Gereja Inggris menginginkan adanya larangan pembangunan masjid-masjid baru di Inggris. Ia khawatir, jumlah masjid yang makin banyak akan menyebabkan makin berkembangnya hukum syariah Islam di negara itu.

Ruoff mengungkapkan hal tersebut dalam wawancara dengan Premier Christian Radio yang berbasis di London. Dalam wawancara tersebut, Ruoff mengatakan, tidak boleh ada pembangunan masjid baru di Inggris sampai semua tuntutan umat Kristiani di negara-negara Muslim dipenuhi.

"Kita terus membangun masjid-masjid baru yang dibiayai oleh negara-negara penghasil minyak. Sejauh yang kita tahu, hanya ada 3, 5 sampai 4 juta Muslim dinegara ini. Masjid-masjid yang ada sekarang sudah cukup buat warga Muslim, mereka tidak perlu masjid baru lagi, " ujar Ruoff. Ia melanjutkan, "Kita tidak membutuhkan hukum syariah yang berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah masjid, diterapkan di negara ini. Kalau tidak kita awasi, hal itu bisa terjadi.

Kecuali kalau kita menginginkan negara ini menjadi negara Islam, begitulah caranya." "Anda membangun sebuah masjid, kemudian apa yang terjadi? Anda akan melihat warga Muslim pindah ke wilayah itu, semua toko kemudian menjadi toko Islam, semua rumah menjadi rumah yang Islami dan seperti yang dikatakan Uskup Rochester bahwa kita akhirnya akan melihat tempat yang orang lain tidak bisa masuk ke dalamnya. Mereka akan memberlakukan hukum Islam. Kita tidak bisa membiarkan itu terjadi, " tukas Ruoff panjang lebar.

Ruoff mengatakan, umat Kristen harus mempertahankan Inggris sebagai negara Kristen. "Jika kita tidak waspada, Kita akan menjadi negara Islam. Ini sangat serius, " sambungnya. Pernyataan Ruoff muncul di tengah kampanye ormas Islam Jamaah Tabligh di Inggris untuk membangun sebuah masjid besar di timur London, yang mampu menampung 12.000 jamaah. Banyak kalangan yang menentang rencana pembangunan masjid itu dan menuding Jamaah Tabligh punya agenda tersembunyi, ingin mendominasi dunia dengan mengatasnamakan Islam. Di sisi lain, Petisi Downing Street yang ditandatangani sekitar 275 ribu orang yang menentang pembangunan masjid itu, juga dituding rasis dan Islamofobia.

Asisten Sektretaris Jeneral Musim Council of Britain, Inayat Bunglawala menyayangkan pernyataan Ruoff dan menyebutnya sebagai pernyataan yang sempit dan tak beralasan. Bunglawala mengatakan kebebasan harus berlaku untuk semua kelompok masyarakat, bukan hanya untuk kelompok masyarakat tertentu. "Saya pikir, para pemuka gereja akan merasa malu dengan komentar-komentar seperti itu, " tukas Bunglawala. Karena faktanya, tambah Bunglawala, masjid-masjid dibangun sejalan dengan dibangunnya sinagog-sinagog dan tempat-tempat ibadah lainnya di negara ini dan ini menjadi salah satu keindahan kehidupan di Inggris, di mana setiap punya kebebasan untuk beribadah. Pernyataan yang dilontarkan Ruoff, kata Bunglawala, tidak membantu persatuan semua lapisan masyarakat. "Dan saya tidak mau melihat pernyataan-pernyataan itu sebagai pernyataan yang mewakili komunitas Kristen, " sambungnya. Menurut Premier Christian Radio, saat ini ada sekitar 47 ribu gereja dan 1.600 masjid di seluruh Inggris. (ln/Timesonline/Islamicity)

As Cemaskan Langkah Al-Qaeda Rekrut Bangsa Barat
Senin 07 Apr, 04:03 AM

Washington (ANTARA News) - Daya upaya Al-Qaeda merekrut bangsa Barat telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ahli keamanan nasional Amerika Serikat (AS). Mereka cemas negara tersebut akan disusupi penyerang dengan tampang Barat pemegang identitas Eropa atau Amerika Utara.

Direktur Badan Penyelidik Federal (FBI), Robert Mueller, dalam sidang dengar pendapat di Kongres, mengemukakan bahwa jaringan teror Al-Qaeda sedang memusatkan perhatian untuk merekrut orang Barat karena pemimpin mereka yakin pemilik asli paspor Eropa atau Amerika Utara akan lebih mudah masuk AS dibandingkan dengan warga negara lainnya.

Pernyataan tersebut diungkapkan dua hari setelah direktur badan intelijen AS (CIA) , Michael Hayden, memberi pernyataan serupa yaitu Al-Qaeda sedang merekrut dan melatih teroris asal Barat. "Mereka mencari pelaku dari kawasan itu untuk dilatih -- pelaku yang, dalam kalimat saya, tidak akan menarik perhatian jika mereka melewati antrean di beacukai Bandara Dulles di Washington," kata Hayden kepada stasiun televisi NBC, Minggu pekan lalu.

Para anggota baru itu "bertampang Barat" dan "bisa datang ke negeri ini...tanpa menarik perhatian seperti lainnya," kata Hayden, seperti dikutip AFP. "Mereka bisa jadi siapapun," kata Matthew Levitt, ahli dari Washington Institute for Near East Policy. Levitt mengatakan, Al-Qaeda dapat merekrut golongan radikal asal Eropa yang bisa masuk ke AS "menggunakan paspor asli bahkan mungkin lewat program bebas visa". Ted Galen Carpenter, ahli dari Cato Institute, yakin sangat sulit untuk menaksir jumlah orang yang bisa direkrut karena mereka bisa juga dari bangsa Eropa asli bertampang barat seperti dari Bosnia dan Kosovo. "Berapa jumlahnya? sangat sulit untuk diketahui karena kita setidaknya ada menyangkut beribu-ribu orang," katanya. Carpenter mengatakan bahwa Osama bin Laden dan kelompoknya pernah menyatakan akan menggunakan anggota dari Balkan, yang berbeda dengan stereotipe bangsa Arab, untuk menyusup. "Pastinya tidak banyak simpatisan organisasi seperti itu di Barat, tapi mereka memang tidak butuh banyak orang," Carpenter mengatakan.

Levitt mengingatkan, seorang warga Inggris, Richard Reid, pernah mencoba meledakkan bom yang disembunyikan di sepatunya saat naik maskapai American Airlines plane tahun 2001. Dia mengatakan ada tiga kasus sejenis. "Pihak berwenang Jerman dan Inggris juga cemas," kata Levitt yang mengaku baru-baru ini bertemu dengan pejabat kontra-terorisme dari Prancis yang mengkhawatirkan hal serupa. Namun, ahli terorisme dari Rand Corporation, Brian Jenkins, mengatakan bahwa kekhawatiran terbesar saat ini adalah apa yang disebut `teroris yang tumbuh sendiri dari dalam negeri` -- warganegara AS yang tinggal di AS." "Dalam kasus serangan di Turki, di Spanyol, di London, rencana serangan yang terungkap di Jerman dan Denmark, atau di tempat lainnya, mereka bukan tim teroris...yang dikirim dari luar negeri, mereka semuanya berasal dari dalam negeri," kata Jenkins.

Kirimkan saran dan kritik anda ke: Satrio8@gmail.com


0 komentar:

 
.