Selasa, 04 November 2008

Hadits: Minta Tolong dengan Orang-Orang Lemah


Minta Tolong dengan Orang-Orang Lemah











Sulaiman bin Harb menceritakan kepada kami, Muhammad bin Thalhah menceritakan kepada kami dari Thalhah dari Mush’ab bin Sa’ad, ia berkata: “Sa’ad menyangka bahwa ia memiliki kelebihan dibanding orang lain. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: ((Tidaklah kalian mendapatkan pertolongan [dalam perang] kecuali dengan keberadaan orang-orang lemah yang ada di tengah-tengah kalian.))” HR. Al-Bukhari, no 2896, bab siapa yang minta pertolongan kepada orang-orang lemah dan orang-orang shalih dalam perang.

Rawi

Muhammad bin Thalhah dia adalah Abu Mushrif. Thalhah adalah Ibnu Mushrif, dia adalah ayah Muhammad bin Thalhah yang meriwayatkan hadits ini. Sedangkan Mush’ab bin Sa’ad adalah putra Sa’ad bin Abu Waqqash. Ucapan “Sa’ad menyangka...”, Sa’ad ini adalah ayah Mush’ab bin Sa’ad yang meriwayatkan hadits ini.

Berdasarkan jalur ini, hadits ini mursal atau terputus sampai kepada Mush’ab karena Mush’ab tidak menjumpai zaman tatkala sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini diucapkan. Artinya, Mush’ab bin Sa’ad tidak sezaman dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan mustahil ia mendengar ‘ucapan’ ini langsung dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Akan tetapi, bisa jadi Mush’ab mendengar ‘ucapan’ ini dari lisan ayahnya, Sa’ad bin Abu Waqqash, bukan dari lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Hal ini diperkuat oleh sebuah riwayat yang menyebutkan bahwa Mush’ab meriwayatkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari ayahnya. Jalur riwayat ini berasal dari al-Isama’ili, ia meriwayatkan dari Mu’adz bin Hani’ yang meriwayatkan dari Muhammad bin Thalhah; ia berkata: “Dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya, ia berkata: Bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam...” lalu Sa’ad menyebutkan lanjutan hadits, kecuali kata-kata yang awal [yaitu, “Sa’ad menyangka...”].

Begitu pula yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dari jalur Mas’ar dari Thalhah bin Mushrif dari Mush’ab dari ayahnya, dan lafalnya adalah, “Dia menyangka bahwa dia memiliki keutamaan dibanding yang lain” al-hadits.

Amru bin Murrah juga meriwayatkan dari Mush’ab bin Sa’ad dari ayahnya secara marfu’, akan tetapi ia meringkasnya dan lafalnya adalah, “Kaum muslimin (mujahidin, pent.) mendapatkan pertolongan dengan doa orang-orang yang lemah.” Hadits ini ditakhrij oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah yang berasal dari riwayat Abdussalam bin Harb dari Abu Khalid ad-Daalaani dari Amru bin Murrah. Abu Nu’aim berkata: “Hadits ini gharib jika berasal dari Amru, dan Abdussalam hanya sendiri meriwayatkan hadits ini.”

Syarh

‘Sa’ad menyangka bahwa dirinya memiliki kelebihan dibanding orang lain’, maksudnya adalah memiliki kelebihan dibanding para Shahabat yang lain. Demikian yang ditambahkan oleh an-Nasa’i dalam riwayatnya. Sa’ad menyangka demikian karena ia memiliki keberanian yang jarang dimiliki orang lain di masanya.

Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ‘Tidaklah kalian mendapat pertolongan dan rizki kecuali dengan keberadaan orang-orang lemah yang ada pada kalian,’ ini lafal yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan olah an-Nasa’i dengan tambahan, ‘Sesungguhnya Allah menolong umat ini dengan orang-orang lemah dari kalangan mereka, dengan doa orang-orang lemah tersebut, dengan shalat-shalat mereka, dan dengan keikhlasan mereka.’ Hadits ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan an-Nasa’i dengan lafal, ‘Sesungguhnya kalian mendapat pertolongan dan rizki hanya karena keberadaan orang-orang lemah yang ada pada kalian.

Ibnu Baththal berkata, “mengapa harus orang lemah? Karena orang lemah memiliki tingkat keikhlasan yang lebih tinggi dalam berdoa, dan memiliki kekhusyu’an yang lebih baik dalam beribadah dibanding yang lain karena hati mereka bebas dari rasa ketergantungan terhadap berbagai perhiasan dunia.”

Al-Mahlab berkata, “Dengan ucapan itu, Rasulullah memperingatkan Sa’ad agar lebih tawadhu’ dan menghilangkan rasa ‘lebih’ dibandingkan yang lain, serta agar Sa’ad meninggalkan bentuk pelecehan terhadap orang muslim lain dalam kondisi apa pun.

Abdurrazzaq meriwayatkan dari jalur Makhul sebuah riwayat yang masih berhubungan dengan kisah Sa’ad ini, namun dengan tambahan yang justru menjadikan haditsnya mursal, “Sa’ad berkata, ‘Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Engkau tentang seseorang yang bertugas menjaga logistik [dalam perang] dan dia turut membantu teman-teman, apakah ia mendapatkan bagian ghanimah sebagaimana yang lain?’, lalu Abdurrazzaq menyebutkan lanjutan hadits ini serupa dengan hadits di atas.”

Dari riwayat ini, maksud memiliki kelebihan dalam kisah Sa’ad ini adalah dilebihkan dalam pembagian ghanimah. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahukan kepadanya bahwa bagian orang-orang yang berperang itu sama rata; baik itu orang kuat yang jelas memiliki keberanian yang lebih dibanding yang lain, atau orang lemah yang hanya memiliki kelebihan dalam hal doa dan keikhlasan.

Wallahu a’lam.

(iBRaHim)

(Fath al-Baarii, vol. VI, hal. 110-111)

0 komentar:

 
.