Rabu, 07 Mei 2008

Profil Salaf: Kholid bin Walid





Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa diantara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Ka'bah dengan perasaan yang sangat mendalam. Dua tahun sekali dialah yang menyediakan kain penutup Ka'bah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.

Ketika orang Quraisy memperbaiki Ka'bah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding- dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju kedepan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu".

Suku Banu Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Banu Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit.

Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Banu Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam dilembah Abu Thalib, orang-orang Banu Makhzumlah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.

Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Taif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya.

Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya.

Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi.

Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. epahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat.

Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang dimata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah. Dia juga mencurahkan perhatiannya kedalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa.

Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang.

Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran.

Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.

KHALID SETELAH MASUK ISLAM

Prestasi khalid bin walid setelah masuk islam mulai nampak ketika memimpin pasukan pada perang Mu'tah, ketika itu dia diangkat untuk menggantikan tiga komandan perang Mu'tah yang satu persatu gugur menjemput syahid. Dengan strateginya yang brilian ia berhasil menyelamatkan pasukan kaum muslimin, sejak itulah dia mendapatkan gelar dari rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, SAIFULLAH AL MASLUL (pedang Allah yang terhunus). Dan setelah peristiwa itulah Khalid sering diangkat Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam untuk menjadi komandan pasukan kaum muslimin.

Disamping kebrilianan Khalid bin Walid dalam mengatur strategi pertempuran, beliau juga memiliki kepribadian dan jiwa yang besar, diantara peristiwa yang menunjukkan hal itu adalah suatu peristiwa pada perang Yarmuk, ketika itu Khalid bin Walid diangkat oleh amirul mukminin Abu Bakar untuk memimpin pasukan kaum muslimin melawan pasukan Romawi yang sangat besar. Ketika peperangan hendak dimulai datanglah utusan dari Madinah yang menyampaikan khabar bahwa Khalifah Abu Bakar Ash Shidiq meninggal dunia, dan Umar bin Khatab yang menggantikannya. Selain itu, utusan tersebut juga menyampaikan keputusan dari amirul mukminin Umar bin Khatab bahwa Khalid bin Walid diberhentikan dari komandan tertinggi pada perang Yarmuk dan yang menggantikannya adalah sahabat Ubaidah bin Jarrah. Khalid bin Walid menerima keputusan itu dengan 'arif dan tenang, meskipun kendali pasukan masih di tangannya ketika itu. Ketika ada seseorang yang mempertanyakan sikapnya setelah dirinya diberhentikan dari jabatan panglima tertinggi, beliau mengatakan dengan tegas bahwa dirinya berperang bukan karena 'Umar, tetapi dia berperang demi Rabbnya 'Umar. Dan Khalidpun tetap berjihad dengan ikhlas.

Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya diatas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid dimedan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Khalid bin Walid adalah seorang ksatria sejati, pada suatu kesempatan beliau pernah berkata, “Malam pengantin dengan wanita yang sangat aku cintai, lalu aku diberi kabar gembira akan lahirnya seorang anak laki-laki, tidak lebih aku sukai daripada malam yang sangat dingin dan penuh salju, di mana aku berada di tengah-tengah pasukan untuk menyerang musuh keesokan harinya.”

Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia. Amien.







0 komentar:

 
.