Senin, 24 Maret 2008

IBRAH ADALAH DENGAN SUBTANSI DAN MAKNA


IBRAH ADALAH DENGAN SUBTANSI DAN MAKNA, BUKAN DENGAN NAMA DAN KERANGKA


Allah Ta’ala berfirman :

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الْأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ * وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ

Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap nabi itu musuh dari kalangan syetan-syetan manusia dan jin di mana sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan indah untuk menipu (manusia). Apabila Tuhanmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan segala yang mereka ada-adakan. Dan (juga) agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu. Mereka merasa senang kepadanya dan agar mereka mengerjakan apa yang mereka (syetan) kerjakan.” (Al-an’am : 112-113)

Banyak manusia terpedaya dengan titel-titel cemerlang dan hati mereka cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan besar dan indah yang diangkat oleh negara dan sistem yang ada. Demikian juga, orang-orang ikhlas yang dangkal pemikirannya tertipu dengan nama-nama dan sifat-sifat di mana banyak kelompok, sekte, dan jama’ah disifati atau dinamai dengannya. Mereka ridha terhadapnya tanpa melihat subtansi jama’ah-jama’ah tersebut dan subtansi nama-nama dan sifat-sifatnya. Ini merupakan sesuatu yang menipu mereka, mengacaukan urusan mereka, dan mungkin pula banyak dari mereka yang terjerumus ke dalam penyimpangan-penyimpangan dalam manhaj serta bertindak serampangan di antara jalan orang-orang mukmin dan orang-orang mujrim.

Oleh karena itu, banyak syetan dari kalangan jin dan manusia memilih pekerjaan memperindah nama-nama untuk memalingkan para pengikut mereka dari kebenaran dan melencengkannya dari manhaj.

Tipu daya “menamai sesuatu bukan dengan nama sebenarnya” adalah sunnah Iblis dan jalan syetan. Sebab, yang pertama kali memperindah nama-nama dan mempermainkannya untuk mencampur aduk kenyataan dan menipudaya manusia adalah Iblis. Dialah pemilik sunnah dan jalan ini ketika menamai pohon larangan dengan “pohon kekekalan dan kekuasaan yang tidak akan rusak” untuk menipu bapak kita Adam ‘alaihis salaam. Jalan ini kemudian diikuti dan ditempuh oleh orang-orang munafiq dan musuh-musuh syari’at.

Allah ‘Azza wa Jalla telah menyebutkan bahwa orang-orang munafiq juga melakukan permainan jelek ini sejak dahulu dan bahwasanya apabila dikatakan kepada mereka, “Jangan berbuat kerusakan di muka bumi,” mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengadakan perbaikan.” Mereka menamakan kerusakan dengan perbaikan.

Allah Ta’ala berfirman :

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُم ضَلالاً بَعِيداً (60) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودا ً(61) فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَاناً وَتَوْفِيقاً

Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka ingin berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkari thaghut tersebut. Dan syetan ber-maksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Marilah (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafiq) ditimpa suatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah, ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yaqng sempurna.” (An-nisa’ : 60-62)

Lihatlah, mereka menamakan pengambilan hukum kepada thaghut yang mereka lakukan dengan “penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna”.

Ini merupakan kebiasaan semua thaghut dan orang yang menempuh jalan mereka. Mereka menjadikan kekufuran mereka sebagai keimanan dan kebaikan. Mereka mensifati penyimpangan dan perusakan mereka sebagai perbaikan dan petunjuk. Mereka menamai tindakan teror dan penghinaan mereka kepada hamba-hamba Allah sebagai keamanan dan pengabdian kepada bangsa. Sebaliknya, mereka menggambarkan jihad melawan orang-orang kafir dan aktifitas dakwah sebagai perbuatan memecah-belah, merusak keamanan, dan teroris.

Pada dahulu kala, Fir’aun berkata tentang Musa dan dakwahnya: “Sesungguhnya aku takut ia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi.” (Ghaafir : 26)

Demikian juga, mereka memperindah riba dan menamakannya dengan nama-nama baru, seperti manfaat dan faidah, untuk meng-halalkannya. Mereka menamakan pula minuman keras (khamer) sebagai minuman penyemangat.

Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan: “Orang-orang dari kalangan umatku akan meminum khamer di mana mereka menyebut-nya bukan dengan namanya.”

Pada zaman ini kita melihat banyak jama’ah, sekte, dan kelompok mengikuti sunnah ini untuk menjajakan bid’ahnya. Di bawah dakwaan loyal dan cinta kepada ahlul bait serta nama-nama yang bagus dan indah, orang-orang Rafidhah menjajakan kebatilan mereka yang sangat banyak. Mereka mengatakan bahwa Al-qur’an telah menyimpang, memfitnah kehormatan isteri-isteri Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan mengkafirkan mayoritas sahabat. Semua itu di bawah nama “cinta kepada ahlul bait” dan dengan dakwaan “loyal kepada mereka dan membela mereka”.

Di antara sekte-sekte tersebut ada yang menamakan aqidah kufur yang dibangaun di atas paham al-hulul wal ittihad (pantheisme) sebagai tauhid.

Di antara mereka ada yang menjadikan pengingkaran terhadap sifat-sifat Allah sebagai pembersih dan pelaris kebatilan mereka.

Di antara orang-orang yang parah kesesatannya pada zaman ini ada yang menamakan dan mensifati demokrasi dengan syura untuk melariskannya di antara keawamaman kaum Muslimin dan menyesat-kan mereka.

Di antara mereka ada yang mensifati dan menamakan para penguasa murtad dan para thaghut kafir sebagai ulil amri untuk memasukkan umat manusia ke dalam ketaatan kepada mereka dan menggiringnya ke dalam loyalitas kepada mereka.

Dan di antara mereka ada yang menamakan du’aatut tauhid dan mujahidin yang keluar melawan para thaghut kafir sebagai kelompok takfiriyyun dan khawarij. Ia menamakan manhajnya yang mendukung para thaghut tersebut sebagai manhaj salafy yang sesuai dengan atsar agar umat manusia lari dari dakwah tauhid dan terus mencintai para thaghut.

Manhaj ini diangggap baik oleh pemerintah dan juga diperguna-kan oleh banyak pihak hingga saya sangat heran atas kelancangan seorang penyidik di badan intelijen di mana ia mencela agama dan aqidah saya dengan kata-kata yang sangat kotor. Kemudian ia berkata tatkala melihat perubahan pada wajah saya, “Aku tidak mencela aqidah dan agama yang benar, tapi aku mencela agamamu. Agamamu bukan agama yang benar. Kamu adalah orang zindiq.”

Apabila permainan ini bermanfaat baginya, sungguh akan ber-manfaat pula bagi syaikh dia yang sebelumnya, yaitu Iblis.

Oleh karena itu, kepada pencari kebenaran agar tidak tunduk kepada hiasan-hiasan indah dan nama-nama hingga ia melihat subtansinya dan agar tidak tertipu oleh penyimpangan-penyimpangan besar hingga ia melihat apa yang ada di belakangnya. Telitilah subtansinya; bukan namanya dan teliti pula maknanya; bukan ke-rangkanya di atas timbangan syar’i, yaitu timbangan tauhid yang telah kami bedakan dari seluruh timbangan yang ada pada kesempat-an terdahulu. Dan kepada pencari kebenaran agar tidak memalingkan hatinya kepada perkataan-perkataan indah atau meridhainya. Ini semua agar ia senantiasa tetap lurus berada pada kesungguhan dan tidak menyimpang atau bingung dari manhaj. Wallohu A'lam.





0 komentar:

 
.