As-sam'u wa tha'at
As-sam'u wa tha'at kepada pemimpin adalah ibadah, karena mentaati mereka dari ketaatan kepada Allah. Mendengar dan taat merupakan sebab yang terpenting dalam bersatu dan berkumpulnya umat, dengan mendengar dan taat kepada para pemimpin akan menghilangkan perselisihan, persengketaan dan perpecahan dalam tubuh umat islam ini.
Bahkan lebih dari itu, dijelaskan oleh syekh Husein bin Muhammad bin Ali Jabir dalam kitabnya (Menuju Jamaatul muslimin) bahwa, "As-sam’u wath-tho'ah kepada pemimpin hukumnya wajib bagi setiap anggota (seseorang yang tergabung dalam sebuah jama'ah). Taat yang dimaksud ialah bahwa anggota jamaah mentaati perintah dan melaksanakannya, dalam keadaan lapang, sulit atau tidak disukai. Ketaatan diwajibkan dalam dua fase dakwah yaitu pembentukan dan pelaksanaan."
Mendengar dan taat kepada pemimpin memiliki positioning yang sangat penting dalam sebuah jama'ah lie iqamatuddien, sehingga banyak sekali ayat dalam al Qur'an maupun hadits yang menunjukkan dan memerintahkan hal tersebut, sebagaimana firman allah ta'ala dalam surat An Nisa':59
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الأمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلا
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S. An Nisa':59)
Berkata Ibnu Hajjar, Berkata At Thayibi, "Diulangnya kata kerja dalam firman-Nya (وأطيعوا الرسول) dan tidak diulang dalam ulil amri menunjukkan bahwa ada hal yang tidak harus untuk ditaati dari seorang ulil amri. Dan firman-Nya, "Maka jika kamu berlainan pendapat…" maksudnya adalah, Maka jika para ulil amri tidak melaksanakan kebenaran janganlah mentaati mereka dan kembalikan urusan yang kamu perselisihkan (dengan pemimpin) kepada hukum Allah dan rasul-Nya."
Dan sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallah;
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: مَنْ أَطَاعَنِي فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَمَنْ يُطِعْ الْأَمِيرَ فَقَدْ أَطَاعَنِي وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيرَ فَقَدْ عَصَانِي..
Artinya: Dari sahabat Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, bersabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, "Barang siapa mentaatiku sungguh telah mentaati allah, dan barang siapa bermaksiat kepadaku sungguh telah bermaksiat kepada allah, dan barang siapa taat kepada pemimpin sungguh telah taat kepadaku dan barang siapa bermaksiat kepada pemimpin sungguh telah bermaksiat kepadaku." (Mutafaqun 'alaihi)
Dan sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَإِنْ اسْتُعْمِلَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ كَأَنَّ رَأْسَهُ زَبِيبَةٌ (رواه البخاري)
Artinya: Dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata, bersabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam; "Mendengar dan taatlah kalian meskipun yang memimpin kalian adalah seorang budak dari Habasyah yang kepalanya seperti buah kismis (anggur kering). (H.R. Bukhari)
Sabda rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam menunjukkan bahwa as sam'u wa tha'ah terhadap pemimpin adalah suatu kewajiban, meskipun pemimpin tersebut tidak dari keturunan bangsawan, tidak berwajah tampan atau yang lain, selagi ia masih menegakkan syare'at allah ditengah-tengah manusia. Hadits ini diperkuat dengan hadits lain yang marfu' dari Ummu Husain berkata, "Mendengar dan taatlah kalian meskipun yang menjadi pemimpin kalian adalah budak yang memerintahkan kalian dengan kitabullah." (H.R. Muslim)
Wajib untuk mendengar dan taat dalam keadaan sempit maupun lapang.
عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ وَهُوَ مَرِيضٌ قُلْنَا أَصْلَحَكَ اللَّهُ حَدِّثْ بِحَدِيثٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهِ سَمِعْتَهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنْ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ
Artinya: "Dari Junadah bin Abi Umayah dia berkata, "Kami menemui Ubadah bin Ash Shamit dia dalam keadaan sakit. Lalu kami berkata, "Kabarkanlah kepada kami sebuah hadits -semoga allah membaikkanmu- yang engkau dengar dari rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan dengannya allah memberikan manfaat. Lantas dia menjawab, "Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, menyeru kami kemudian kami berbaiat kepada beliau. Yang diminta rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dari kami adalah, beliau membait kami agar selalu mendengar dan taat baik dalam keadaan semangat maupun sedang lesu (tidaksuka), sulit maupun mudah, dan sekalipun hak-hak kami dikesampingkan dari yang lain (tidak diberikan utuh). Juga, agar kami tidak keluar dari pemerintahan. Beliau bersabda, "Kecuali jika engkau melihat kekufuran yang tampak jelas. Bagi kalian ada petunjuk dari allah dalam hal itu." (H.R. Bukhari)
Para sahabat telah membuktikan bai'atnya kepada rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam untuk mendengar dan ta'at baik dalam keadaan mudah maupun sulit, kuat ataupun lemah. Banyak sekali kisah-kisah dalam sejarah yang menunjukkan hal tersebut, diantaranya adalah ketika rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan para sahabatnya akan menghadapi orang-orang Quraisy pada perang Badar pertama yang merupakan peperangan pertama dalam islam. Ketika itu para sahabat benar-benar di uji atas bai'at yang mereka berikan kepada beliau. Maka berkatalah Sa'ad bin Muadz salah seorang tokoh Anshar untuk mengukuhkan apa yang telah ia dan kaumnya katakan kepada rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, perkataan yang begitu dalam maknanya sehingga terkenang dalam sejarah. Sa'ad berkata kepada rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mewakili orang-orang Anshar ketika itu, "Kami sudah bersaksi bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran. Kami sudah memberikan sumpah dan janji kami untuk patuh dan taat. Maka majulah terus wahai rasulullah, seperti yang engkau kehendaki. Demi Yang mengutus engkau dengan kebenaran, andaikata engkau bersama kami terhalang lautan lalu engkau terjun kedalam lautan itu, kamipun akan terjun bersama engkau. Tak seorangpun diantara kami yang akan mundur. Kami suka jika engkau besok berhadapan dengan musuh bersama kami. Sesungguhnya kami dikenal orang-orang yang sabar dalam peperangan dan jujur dalam pertempuran. Semoga allah memperlihatkan kepadamu tentang diri kami, apa yang engkau senangi. Maka majulah bersama kami dengan barokah allah."
Dalam sebuah hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku perintahkan kepada kalian lima hal yang allah telah memerintahkanku dengannya; Jama'ah, mendengar, ta'at, hijrah dan jihad fie sabilillah." (H.R. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'ie dan lainnya)
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam mengawali dengan memerintahkan untuk berjama'ah dan mengakhirinya dengan jihad fie sabilillah. Hal itu menunjukkan bahwa al jama'ah merupakan penopang amal jihad yang paling utama. Datangnya barakah dan didapatkannya sebuah kemenangan dari allah ta'ala adalah melalui sebuah jama'ah diatas manhaj nubuwah yang jauh dari perselisihan dan perpecahan.
Sebuah jama'ah tidak ada artinya jika tidak adanya as sam'u wa tha'ah dari anggota jama'ah tersebut, sehingga kedua unsur inipun tidak bisa dipandang sebelah mata atau dengar ungkapan lain mengabaikan kedua unsur ini.
Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam telah memberikan tauladan kepada kita dalam membentuk sebuah generasi yang terbaik, generasi yang tiada duanya, generasi yang tak akan pernah terulang kembali di dunia ini, itulah generasi sahabat. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan tauladan kepada kita tentang membentuk sebuah jama'ah yang solid, bagaimana beliau mampu menanamkan sikap mendengar dan ta'at kepada setiap jiwa anggota jama'ah tersebut, sehingga ketika mereka diperintahkan tiada lain yang mereka katakan selain, "Kami mendengar dan kami taat." Ketika mereka diperintahkan untuk hijrah merekapun segera menyambutnya meskipun itu berat dan sulit, dan klimaksnya ketika mereka diperintahkan untuk melaksanakan ibadah yang paling berat, paling sulit, beresiko tinggi dan butuh segala pengorbanan yaitu ibadah al jihadu fie sabilillah merekapun menyambutnya dengan sami'na wa atha'na (kami mendengar dan kami ta'at).
Demikianlah generasi didikan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, mereka tidak banyak bertanya akan tetapi banyak amalnya. Sehingga dikatakan oleh Ibnu Abbas radliyallahu 'anhu, "Aku tidak melihat kaum yang lebih baik dari generasi para sahabat Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, mereka tidak bertanya kepada beliau kecuali tentang dua belas permasalahan semuanya tertera di dalam al Qur'an; "Mereka bertanya tentang minuman keras dan perjudian… (Al Baqarah:217).", "Mereka bertanya tentang bulan haram….(Al Baqarah:220). Wallahu a'lam.
0 komentar:
Posting Komentar